kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Perang dagang mereda, pencarian dana lewat obligasi dan rights issue mulai ramai


Senin, 06 Januari 2020 / 18:45 WIB
Perang dagang mereda, pencarian dana lewat obligasi dan rights issue mulai ramai
ILUSTRASI. Sejumlah emiten bersiap mencari pendanaan dari pasar modal di awal tahun ini, baik lewat obligasi maupun rights issue.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah emiten bersiap mencari pendanaan dari pasar modal di awal tahun ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada delapan surat utang atau obligasi maupun sukuk yang akan dirilis dengan nilai mencapai Rp 4,48 triliun.

Selain itu, ada tujuh perusahaan yang akan melakukan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue.

Salah satu perusahaan yang telah mengungkapkan target dana dari rights issue adalah PT Stead Fast Tbk (KPAL). Perusahaan ini ingin menggalang dana segar Rp 100 miliar dari rights issue di kuartal II-2020.

Baca Juga: PP Properti berencana terbitkan obligasi berkelanjutan II tahap I Rp 1,2 triliun

Dua alternatif pendanaan tersebut bisa dibilang cukup diminati oleh para emiten. Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pencarian dana ini sejalan dengan harapan adanya pemulihan ekonomi di tahun ini setelah ada kesepakatan damai perang dagang Amerika Serikat (AS) – China.

“Sehingga pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mulai membaik. Prospek pendanaan dari saham maupun obligasi diperkirakan membaik seiring dengan prospek ekonomi,” jelas Nico kepada Kontan.co,id, Senin (6/1).

Situasi pasar yang kondusif bagi penerbitan obligasi pun dapat dilihat dari beberapa indikator berikut. Pertama, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) yang rendah menyebabkan Credit Default Swap (CDS) menurun. Ini memberikan indikasi risiko di Indonesia menjadi rendah. Kedua, kurs rupiah yang mulai stabil direntang Rp 14.000 akan menjadi bekal yang bagus di tahun ini.

Ketiga, inflasi stabil yang berpotensi untuk menjaga tingkat suku bunga untuk tetap atau justru mengalami penurunan. Nico bilang, meskipun potensinya kecil untuk turun, namun bukan mustahil bunga akan kembali dipangkas tahun ini.

Baca Juga: Ada Lima Perusahaan Harus Membayar Obligasi Jatuh Tempo Bulan Ini

“Karena tingkat suku bunga turun, otomatis imbal hasil SUN akan turun yang membuat kupon obligasi korporasi menjadi lebih murah,” jelas Nico.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai dibandingkan rights issue, opsi penerbitan obligasi mungkin lebih menarik di tahun ini. Sebab, dengan kondisi pasar yang belum menentu akibat situasi geopolitik global yang sedang panas, rights issue bisa tidak terserap pasar.

“Kalau pendanaan obligasi bisa menarik dengan tren suku bunga yang turun. Dan tahun ini ada potensi kembali turun. Nah kondisi ini bisa menjadi daya tarik dan permintaan obligasi akan meningkat,” jelas Sukarno.

Teracat delapan perusahaan yang bersiap melepas obligasi di tahun ini. Yakni, PT Jaya Bersama Indo Tbk (DUCK) senilai Rp 375 miliar, PT Usaha Pembiayaan Reliance Indonesia senilai Rp 600 miliar, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) senilai Rp 400 miliar, PT PP Properti Tbk (PPRO) senilai Rp 1,2 triliun, PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) senilai Rp 800 miliar, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) dengan nilai obligasi Rp 300 miliar dan sukuk ijarah senilai Rp 300 miliar, serta obligasi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) senilai Rp 500 miliar.

Baca Juga: Ingin naik kelas, Bank Yudha Bhakti (BBYB) akan rights issue hingga Rp 150 miliar

Direktur Keuangan PPRO Indaryanto mengatakan saat ini PPRO memang lebih memilih melakukan pendanaan melalui obligasi yang sifatnya memang kerap untuk refinancing. "Sedangkan untuk private placement belum jadi pilihan sekarang ini," jelas dia.

Selain oblligasi, ada tujuh perusahaan yang berencana melakukan rights issue. Tujuh perusahaan tersebut adalah PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) yang akan rights issue pada Maret 2020 dengan menawarkan 4,66 miliar saham kelas B bernominal Rp 100. Kemudian PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) yang akan melaksanakan rights issue Juni 2020, dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang akan rights issue maksimum 350 juta saham.

Kemudian PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) yang menjadwalkan ulang rights issue di tahun 2020. Emiten lain yang berniat rights issue adalah  PT Stead Fast Tbk (KPAL), PT Maha Properti Tbk (MPRO), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).

Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan MPRO Suwandy mengatakan MPRO memilih pendanaan dari rights issue lantaran sifatnya merupakan penambahan modal sehingga dananya lebih permanen dan tidak memberikan beban biaya bunga.

Baca Juga: Bank Banten akan gelar rights issue tahun 2020

“Sehingga bagi perusahaan akan lebih sehat karena tidak menambah kewajiban dan tambahan beban biaya,” jelas Suwandy, Senin (6/1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×