Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Walaupun sempat dibuka menguat pada awal perdagangan pekan ini, tetapi komoditas perak diperkirakan masih berada di bawah tekanan. Penguatan harga yang terjadi diperkirakan hanya berlangsung sesaat setelah insiden peluncuran empat rudal balistik oleh Korea Utara.
Pergerakan perak masih dibayangi rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, Senin (6/3) pukul 16.20 WIB perak kontrak pengiriman Mei 2017 di Commodity Exchange tercatat menguat 0,82% ke level US$ 17.885 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan sepekan lalu harganya masih mengalami pelemahan sekitar 2,89%.
Yulia Safrina, analis PT Monex Investindo Futures mengatakan sampai berlangsung pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 15-16 Maret perak masih dibayangi sentimen negatif.
Apalagi dalam testimoni Gubernur The Fed Janet Yellen pada Sabtu lalu yang kembali membuka peluang kenaikan suku bunga, probabilitasnya langsung melambung hingga level 80%.
“Pengaruhnya suku bunga masih lebih dominan kenaikan suku bunga dari pada ketidakpastian karena tindakan Korea Utara,” terangnya.
Pekan ini perak sudah mulai tertekan menjelang dirilisnya data ketenagakerjaan AS pada Jumat (10/3) nanti. Kalau data ketenagakerjaan tercatat membaik peluang kenaikan suku bunga AS akan semakin tinggi.
Yulia menebak sampai rilisnya data ketenagakerjaan perak hanya akan bergerak dikisaran 17.000 per ons troi. “Kalau The Fed benar-benar menaikkan suku bunganya perak bisa turun lagi ke area US$ 16.000 mendekati US$ 15.000 per ons troi,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News