kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Penyebab harga saham farmasi lesu sejak awal tahun kendati ada sentimen positif


Jumat, 16 Juli 2021 / 21:34 WIB
Penyebab harga saham farmasi lesu sejak awal tahun kendati ada sentimen positif
ILUSTRASI. Suasana saat penundaan pelaksanaan vaksinasi individu di Kimia Farma Senen, Jakarta Pusat, Senin (12/7/2021). Ada sentimen positif, harga saham farmasi masih lesu sejak awal tahun


Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melonjaknya kasus positif Covid-19 di Indonesia memicu peningkatan permintaan yang signifikan terhadap produk-produk yang berkaitan dengan pandemi. Salah satunya, obat-obat pendukung penangan Covid-19.

Sempat beredar kabar, tingginya permintaan itu mengakibatkan kelangkaan obat-obat pendukung penanganan Covid-19.

Walau obat-obatan berkaitan dengan Covid-19 banyak dibutuhkan dan dicari, Analis Erdhika Elit Sekuritas Regina Fawziah mencermati, hal itu tidak akan menjadi sentimen signifikan ke pergerakan harga saham-saham farmasi. 

"Beberapa emiten farmasi tengah berusaha menjaga bahan baku dan kapasitas produksi dapat mencukupi untuk kebutuhan saat ini," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (16/7).

Baca Juga: BTN bidik penyaluran kredit dan layanan payroll di PT Indofarma Tbk

Di sisi lain, adanya kemungkinan pengaturan distribusi obat-obatan pendukung tersebut dapat menstabilkan kondisi permintaan dan penawaran. Oleh karenanya, harga tidak melambung tinggi di tengah permintaan yang mengalami peningkatan. 

Sepengamatan Regina, sentimen yang berpengaruh terhadap pergerakan harga saham-saham farmasi cenderung sama sejak tahun lalu hingga saat ini, yakni pengadaan dan program vaksinasi Covid-19.

"Bedanya mungkin pada periode kuartal III ini lonjakan kasus kembali terjadi di domestik, sehingga permintaan akan obat-obatan dan pelayanan kesehatan cenderung lebih tinggi," imbuhnya. 

Kendati diwarnai sentimen positif berupa tingginya permintaan masyarakat, investor perlu mewaspadai pergerakan saham-saham farmasi yang terlihat menurun sepanjang tahun 2021 ini. 

Baca Juga: BPOM bantah terbitkan izin penggunaan darurat Ivermectin untuk obat Covid-19

Menurut catatan Kontan.co.id, secara year to date (ytd) mayoritas saham farmasi di bursa bergerak menurun antara 1,22% hingga 29,5%.  Adapun penurunan paling dalam itu dialami oleh PT Phapros Tbk (PEHA) menjadi Rp 1.195 per saham. 

Setelahnya ada PT Indofarma Tbk (INAF) yang tertekan 20,8% ytd menjadi Rp 3.190 per saham dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang menurun hingga 19,76% ytd menjadi Rp 3.410 per saham. 



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×