Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4,25% dari sebelumnya 4,5% pada Kamis (18/6) yang lalu. Ini merupakan penurunan ketiga sejak awal tahun yang masih ada di level 5%.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, penurunan suku bunga ini memberikan dampak positif untuk emiten perbankan lantaran mereka dapat menurunkan cost of funds atau biaya dana yang harus dikeluarkan oleh perbankan.
Meski demikian, ia memperkirakan penyaluran kredit akan menurun di tengah pandemi Covid-19. "Kemungkinan masih tidak terlalu besar untuk pertumbuhan kredit karena perusahaan saat ini cenderung menahan ekspansi," ujarnya.
Baca Juga: OJK sebut CAR perbankan bisa terkuras hingga 4% di 2021, kenapa?
Sementara itu, Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan, pemangkasan suku bunga biasanya akan berdampak positif untuk perbankan di saat kondisi normal karena ada korelasi positif dengan penyaluran kredit.
Berbeda dengan kondisi sekarang ini, perbankan akan lebih berhati-hati dan selektif dalam menyalurkan kredit. Selain proyeksi penyaluran kredit yang melambat, kinerja perbankan juga dibayangi oleh meningkatnya non performing loan (NPL).
Terlebih pada kuartal II-2020, kinerja perbankan diperkirakan akan mengalami penurunan. Ia menilai, stimulus fiskal maupun moneter dari pemerintah untuk perbankan menjadi salah satu katalis positif untuk saham emiten perbankan.
Menurut Wisnu, saham perbankan pelat merah yakni Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) cukup menarik untuk dikoleksi. Meski BBRI menyalurkan kredit cukup besar terhadap Usaha mikro kecil menengah atau (UMKM), namun dari segi permodalan BBRI terbilang kuat ketimbang perbankan lainnya.
Baca Juga: Restrukturisasi Bank Danamon (BDMN) bertambah karena Adira, analis sarankan jual
Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga patut dicermati. Ia bilang, selain permodalan yang kuat, NPL BBCA juga terbilang rendah.
"BBCA juga menjadi salah satu bank yang inovatif dan mengikuti perkembangan zaman dengan inovasi digitalnya," katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/6).
Ia merekomendasikan investor untuk buy on weakness saham BBCA dan BBRI. Ia menambahkan, apabila terjadi penurunan harga BBCA di bawah harga Rp 25.000 dan BBRI turun ke harga Rp 2.200, investor sudah dapat bisa masuk secara bertahap.
Secara teknikal, Hendriko menuturkan, saham emiten perbankan sudah mengalami tren pelemahan dari fase up trend dan saat ini cenderung sideways. Oleh karena itu ia menyarankan pelaku pasar untuk wait and see lebih dulu untuk saham-saham perbankan.
Baca Juga: Penurunan bunga perbankan bisa mendorong pertumbuhan kinerja properti
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News