Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saving Bond Ritel seri SBR011 ternyata menjadi salah satu instrumen investasi yang diburu masyarakat. Merujuk laman salah satu mitra distribusi, penjualan SBN ritel ketiga tahun ini telah mencapai Rp 1,52 triliun pada pukul 16.00 WIB hari Jumat (27/5).
Artinya, penjualan SBR011 sejauh ini sudah mencapai 30% dari target awal yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 5 triliun.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, tren positif penjualan SBR011 masih akan terus berlanjut. Ia meyakini, target Rp 5 triliun sangat mudah dicapai, sehingga pemerintah dinilai perlu meningkatkan kuota penjualan SBR011.
“SBR011 ini setidaknya bisa laku hingga Rp 10 triliun. Apalagi sudah lama sekali kupon SBN ritel tidak melebihi 5,5%, sehingga ini jadi momentum bagi para investor untuk mengoleksi SBR011,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (27/5).
Baca Juga: Baru Dua Hari, Penjualan SBR011 Sudah Tembus Rp 1,5 Triliun
Lebih lanjut, Ramdhan menilai kupon SBR011 yang floating menjadi daya tarik utama karena peluang kenaikan kupon yang besar seiring tren bank sentral yang menaikkan suku bunga.
Walaupun Bank Indonesia belum menaikkan suku bunga pada Rapat Dewan Gubernur terakhir, ia memperkirakan hanya masalah waktu sebelum suku bunga acuan BI7DRR naik.
Walau begitu, menurutnya kenaikan suku bunga BI7DRR tidak akan seagresif kenaikan suku bunga The Fed. Berdasarkan proyeksinya, setidaknya pada tahun ini, BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25-50 bps. Jika proyeksi Ramdhan benar, maka kupon SBR011 bisa saja menjadi hingga 6%, (suku bunga BI7DRR 4% + spread 200 bps).
“Kalau untuk tahun 2023 masih cukup sulit memperkirakan potensi kenaikan suku bunga, harus lihat perkembangan situasi terlebih dahulu. Tap harusnya masih ada potensi naik, selama tren di global juga masih terus naik,” imbuhnya.
Sementara Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf meyakini SBR011 sebagai salah satu instrumen investasi paling menarik saat ini dibandingkan dengan kelas aset yang mirip secara karakteristik.
Deposito misalnya, meskipun ada kemungkinan bunga deposito ikut naik karena kenaikan suku bunga acuan dalam kurun waktu dua tahun ke depan, namun kemungkinannya untuk naik cukup tinggi hingga di atas nett kupon yang ditawarkan SBR011, terutama pada bank-bank yang memiliki nama besar, cukup minim.
Sementara untuk reksadana pasar uang, keunggulannya terletak di karakteristiknya yang likuid sehingga membuat investor sedikit lebih leluasa untuk bergerak. Namun, secara umum tren penurunan suku bunga dalam jangka panjang bisa memberikan imbas yang cukup terasa terhadap kinerja reksadana pasar uang.
“Jadi, dengan tingginya likuiditas yang ada dan ketidakpastian global yang masih cukup besar, sifat floating rate dan minimnya risiko berinvestasi pada SBR dibandingkan instrumen lainnya menjadikan SBR011 sangat menarik,” terang Dimas.
Bagi Anda yang tertarik membeli SBR011, bisa segera menghubungi mitra distribusi yang sudah resmi ditunjuk oleh pemerintah. Adapun, masa penawaran SBR011 akan berlangsung hingga 16 Juni 2022.
Simulasi Keuntungan SBR011
Kontan.co.id mencoba membuat simulasi keuntungan yang bisa diperoleh investor yang berinvestasi pada SBR011. Dalam simulasi kali ini, diasumsikan investor membeli lima unit SBR011 atau senilai Rp 5 juta. Maka dalam setahun, investor bisa mendapatkan keuntungan Rp 275.000 per tahun, yakni Rp 5 juta dikali kupon 5,5%.
Artinya, setiap bulan, imbal hasil yang didapatkan Rp 275.000 dibagi 12 yakni Rp 22.917.
Baca Juga: Penjualan SBR011 Diproyeksi Laris Manis, Ini Alasannya
Lalu, dengan menghitung pajak SBR011 yang sebesar 10%, maka besaran pajak yang dibebankan Rp 2.291.
Artinya, dalam sebulan, dengan nilai investasi Rp 5 juta, maka investor bisa memperoleh keuntungan Rp 22.917 dikurangi pajak Rp 2.291, yakni sebesar Rp 20.626.
Berarti, jika berinvestasi di SBR011 dengan modal Rp 5 juta, dalam setahun investor bisa menerima imbal hasil bersih sebesar Rp 247.512. Mengingat SBR11 memiliki jatuh tempo 2 tahun, dengan asumsi investor tidak melakukan early redemption, maka pada 10 Juni 2024, total keuntungan yang diperoleh akan mencapai Rp 495.024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News