Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 menjadi momen yang berat bagi industri otomotif. Mengutip data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan ritel kendaraan turun sejak awal tahun. Tidak terkecuali penjualan kendaraan Grup Astra.
Melansir data Gaikindo, selama bulan Agustus 2020 penjualan ritel kendaraan Grup Astra mengalami penurunan 0,9% dibanding bulan Juli 2020 atau month on month (mom). Sebelumnya, penjualan ritel Grup Astra mencapai 18.880 unit kendaraan. Pada bulan Agustus 2020, penjualan tersebut turun tipis menjadi 18.711 unit.
Asal tahu saja, di industri otomotif penjualan kendaraan Grup Astra meliputi lima merek yakni Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, dan Peugeot. Penurunan penjualan ritel dialami oleh merek kendaraan Toyota hingga 4,1% mom menjadi 11.057 unit. Ada juga Isuzu yang terkikis 8,3% mom menjadi 1.277 unit. Selain itu, Peugeot tercatat menurun 11,1% mom menjadi 16 unit.
Sementara untuk Daihatsu, penjualan ritel sepanjang bulan Agustus justru meningkat 7% mom menjadi 6.300. Penjualan ritel UD Trucks juga terkerek 27% mom menjadi 61 unit.
Baca Juga: Penjualan ritel kendaraan listrik Toyota di Indonesia sudah sekitar 3.000 unit
Penurunan penjualan ritel Grup Astra ini terjadi di tengah penjualan merek kendaraan lain yang cenderung tumbuh. Misalnya saja, Nissan yang naik 107,1% mom menjadi 996 unit. Ada juga Datsun naik lebih signifikan hingga 468% mom menjadi 182 unit.
Penjualan di bulan Agustus ini memang cenderung lesu, akan tetapi penjualan ritel kendaraan Grup Astra sejak Januari hingga Agustus 2020 masih mendominasi pasar domestik. Jumlahnya mencapai 52,89% atau setara 192.547 unit dari seluruh penjualan ritel yang tercatat 364.034 unit.
Walau penjualan ritelnya tidak memuaskan, Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji masih merekomendasikan akumulasi beli saham PT Astra International Tbk (ASII). "Target harga jangka panjang ASII di Rp 6.100," jelas Nafan kepada Kontan.co.id, Senin (21/9). Adapun jangka panjang yang dimaksud adalah satu tahun.
Baca Juga: FIF berencana terbitkan obligasi Rp 1,5 triliun
Lebih lanjut Nafan menjelaskan, saran akumulasi beli saham ASII itu mempertimbangkan harga saham ASII yang saat ini masih tergolong murah. Price to earning ratio (PER) ASII yang tercatat 8,31 kali itu jauh lebih rendah dibanding PER industri yang sebesar 19,61 kali. Oleh karenanya, saham ASII masih menarik.
Di sisi lain, Nafan melihat prospek kinerja ASII pun akan membaik ke depan. ASII dapat memanfaatkan momentum akhir tahun untuk meningkat penjualan kendaraannya. Ditambah, kondisi perekonomian diprediksi akan kembali pulih tahun depan.
Selain itu, ASII akan mendapat sentimen positif dari wacana pemerintah yang akan memberikan relaksasi pajak penjualan kendaraan bermotor untuk mobil baru. Kementerian Perindustrian tengah mengajukan pengurangan pajak menjadi 0% kepada Kementerian Keuangan. Jika berjalan dengan lancar, pemangkasan pajak ini akan berlangsung hingga akhir 2020.
Baca Juga: Semakin terjangkau, harga mobil bekas Toyota Etios Valco September mulai Rp 70 Juta