Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten farmasi telah merilis laporan keuangannya. Keempat emiten itu adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), dan PT Pyridam Farma Tbk (PYFA).
Menurut catatan Kontan.co.id, empat emiten itu kompak membukukan pertumbuhan dari sisi pendapatan. Kenaikan penjualan paling signifikan dicatatkan oleh SIDO hingga 6,04% year on year (yoy) menjadi Rp 2,26 triliun dari sebelumnya 2,13 triliun.
Setelahnya disusul PYFA yang penjualannya terkerek 5,72% yoy menjadi Rp 195,28 miliar. Di urutan berikutnya, pertumbuhan penjualan KAEF naik 2,42% yoy menjadi Rp 2,05 triliun.
Adapun pertumbuhan penjualan paling mini, dicatatkan oleh KLBF yang meningkat 1,60% yoy menjadi Rp 17,10 triliun. Kendati pertumbuhannya paling mini, penjualan KLBF paling tinggi dibandingkan lainnya.
Baca Juga: Kinerja masih oke sampai kuartal III 2020, cek rekomendasi saham Kalbe Farma (KLBF)
Keempat emiten farmasi itu memang kompak mencatatkan pertumbuhan top line, akan tetapi tidak dengan labanya. Sepanjang Januari hingga September 2020, bottom line KAEF turun 11,07% yoy menjadi Rp 37,2 miliar.
Sementara itu, tiga emiten lain masih mencatatkan kenaikan laba bersih. Pertumbuhan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang paling signifikan dicatatkan oleh PYFA hingga 227,64% yoy menjadi Rp 16,12 miliar. Setelahnya disusul SIDO hingga 10,78% yoy menjadi Rp 640,81 miliar.
Adapun pertumbuhan bottom line paling mini dicatatkan oleh KLBF yang meningkat 5,84% yoy menjadi Rp 2,03 triliun. Walaupun peningkatannya paling mini, laba bersih KLBF tertinggi dibanding tiga emiten lainnya yakni mencapai Rp 2,03 triliun.
Baca Juga: Merck Sharp Dohme Pharma (SCPI) belum memastikan kapan rencana go private terealisasi
Melihat kinerja emiten-emiten farmasi yang positif sejauh ini, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengungkapkan bahwa kinerja emiten farmasi masih akan menarik ke depannya. Terutama, SIDO dengan peningkatan pendapatan dan laba yang cukup signifikan.
Chris juga mengamati kinerja KLBF karena hingga kuartal III 2020 ini mampu mencatatkan pertumbuhan top line dan bottom line dengan stabil meskipun persentase kenaikannya paling kecil.
Sementara untuk KAEF, kendati bottom line terkikis hingga dua digit, harga sahamnya dalam jangka pendek masih akan terkerek. Penguatan ini didorong oleh sentimen vaksin yang disalurkan melalui holding perusahaan farmasi BUMN Biofarma. Oleh karenanya, investor perlu memperhatikan kinerja KAEF setelah distribusi vaksin selesai. Akankah kinerja KAEF masih bertahan, mengingat sejauh ini sisi laba KAEF cenderung tertekan.
Sementara itu, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan bahwa penjualan KAEF yang meningkat tetapi tidak diikuti oleh bottom line menunjukkan beban yang tidak dapat diimbangi. "Kemungkinan beban operasional maupun bahan baku yang biasanya ada di perusahaan farmasi," kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (2/11).
Baca Juga: Saham SIDO menarik untuk jangka panjang, meski yield dividen minim
Mengutip laporan keuangannya, selain beban-beban yang meningkat, selisih kurs mata uang asing jadi pemberat laba bersih KAEF. Hingga kuartal III 2020, akun tersebut membengkak menjadi Rp 4,05 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu hanya tercatat Rp 476,84 juta.
Oleh karenanya, terhadap saham emiten farmasi plat merah ini, Reza merekomendasikan hold KAEF terlebih dahulu dengan target harga Rp 3.200.
Adapun untuk saham emiten farmasi yang dijagokan, Reza memilih KLBF mengingat pangsa pasarnya yang besar. "Peluang meningkatkan pendapatan dengan memanfaatkan pangsa pasar yang dimiliki seharusnya dapat meningkatkan kinerjanya," imbuh Reza. Dia pun merekomendasikan buy on weakness KLBF dengan target harga Rp 1.700.
Baca Juga: Sentimen Obat Covid Membuat Saham Farmasi Makin Melejit, Masih Ada yang Menarik?
Untuk SIDO, kinerja yang baik dari sisi pendapatan maupun laba sebenarnya menarik. Akan tetapi, Reza mempertimbangkan kinerja SIDO ketika pandemi Covid-19 mulai pulih. Tidak dipungkiri, penguatan kinerja emiten farmasi sejauh ini memang terdorong pandemi Covid-19.
Sebab, permintaan masyarakat akan produk-produk kesehatan jadi meningkat. Untuk SIDO, dia merekomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 3.200.
Terkait PYFA, bottom line yang meningkat drastis memang menambah sisi menarik emiten ini. Akan tetapi sejauh ini Reza belum menyarankan saham PYFA mengingat pergerakannya masih sideways.
Di sisi lain, Chris cenderung menjagokan saham SIDO karena kemungkinan besar kinerjanya akan tetap bertumbuh karena konsumsi jamu di Indonesia cukup tinggi. "SIDO dengan peningkatan yang cukup signifikan kemungkinan dapat buy on weakness di area Rp 750 dengan target Rp 900," kata Chris, Minggu (1/11). Sementara untuk saham KLBF disarankan buy dengan target Rp 1.760 dan saham KAEF direkomendasikan hold target harga Rp 3.300.
Baca Juga: Pyridam Farma (PYFA) meneken kerja sama komersialisasi dan pembuatan vaksin Covax-19
Senada dengan dua analis lain, analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menambahkan, emiten farmasi memiliki prospek mengingat industri farmasi masih diminati. "Apalagi emiten yang sudah bekerja sama distribusi vaksin, ini akan menjadi peluang meningkatkan kinerjanya," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Senin (2/11).
Di antara empat emiten farmasi yang telah merilis laporan keuangan, menurutnya PYFA paling atraktif dengan pertumbuhan bottom line yang signifikan. Dia mengamati, ROE PYFA juga meningkat dari sebelumnya di bawah 8% menjadi 15,27%. Sementara, valuasi menjadi lebih murah secara tahunan berdasarkan PE di 21 kali, sedangkan yang lain di kisaran 25 kali hingga 28 kali.
Walau memiliki prospek yang apik, Sukarno menyarankan untuk hold keempat saham farmasi tersebut. KAEF hold dengan target harga Rp 3.320, PYFA hold dengan target harga Rp 960, SIDO hold dengan target harga Rp 830, dan KLBF hold dengan target harga Rp 1.540. "Usahakan tunggu momentum teknikal jika ingin masuk. Wait and see dahulu untuk harga dalam tren turun dalam jangka pendek," pungkas Sukarno.
Baca Juga: Laba Kimia Farma (KAEF) turun 11,07% kendati penjualan meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News