Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Melihat kinerja emiten-emiten farmasi yang positif sejauh ini, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengungkapkan bahwa kinerja emiten farmasi masih akan menarik ke depannya. Terutama, SIDO dengan peningkatan pendapatan dan laba yang cukup signifikan.
Chris juga mengamati kinerja KLBF karena hingga kuartal III 2020 ini mampu mencatatkan pertumbuhan top line dan bottom line dengan stabil meskipun persentase kenaikannya paling kecil.
Sementara untuk KAEF, kendati bottom line terkikis hingga dua digit, harga sahamnya dalam jangka pendek masih akan terkerek. Penguatan ini didorong oleh sentimen vaksin yang disalurkan melalui holding perusahaan farmasi BUMN Biofarma. Oleh karenanya, investor perlu memperhatikan kinerja KAEF setelah distribusi vaksin selesai. Akankah kinerja KAEF masih bertahan, mengingat sejauh ini sisi laba KAEF cenderung tertekan.
Sementara itu, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan bahwa penjualan KAEF yang meningkat tetapi tidak diikuti oleh bottom line menunjukkan beban yang tidak dapat diimbangi. "Kemungkinan beban operasional maupun bahan baku yang biasanya ada di perusahaan farmasi," kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (2/11).
Baca Juga: Saham SIDO menarik untuk jangka panjang, meski yield dividen minim
Mengutip laporan keuangannya, selain beban-beban yang meningkat, selisih kurs mata uang asing jadi pemberat laba bersih KAEF. Hingga kuartal III 2020, akun tersebut membengkak menjadi Rp 4,05 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu hanya tercatat Rp 476,84 juta.
Oleh karenanya, terhadap saham emiten farmasi plat merah ini, Reza merekomendasikan hold KAEF terlebih dahulu dengan target harga Rp 3.200.
Adapun untuk saham emiten farmasi yang dijagokan, Reza memilih KLBF mengingat pangsa pasarnya yang besar. "Peluang meningkatkan pendapatan dengan memanfaatkan pangsa pasar yang dimiliki seharusnya dapat meningkatkan kinerjanya," imbuh Reza. Dia pun merekomendasikan buy on weakness KLBF dengan target harga Rp 1.700.
Baca Juga: Sentimen Obat Covid Membuat Saham Farmasi Makin Melejit, Masih Ada yang Menarik?