kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Peningkatan Stok AS Batasi Kenaikan Harga Minyak Dunia


Rabu, 23 Oktober 2024 / 12:20 WIB
Peningkatan Stok AS Batasi Kenaikan Harga Minyak Dunia
ILUSTRASI. Harga minyak mentah turun tipis pada Rabu (23/10), di tengah kekhawatiran pasar atas peningkatan persediaan minyak mentah AS. REUTERS/Pascal Rossignol


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah turun tipis pada hari Rabu (23/10), di tengah kekhawatiran pasar atas peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha memaparkan, penurunan harga minyak dipengaruhi oleh laporan peningkatan stok minyak mentah AS sebesar 1,64 juta barel pada minggu lalu, berdasarkan data dari American Petroleum Institute. 

Peningkatan ini jauh melebihi perkiraan analis yang disurvei oleh Reuters, yang hanya memperkirakan kenaikan sebesar 300.000 barel.

Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir, Dipicu Kenaikan Persediaan Minyak Mentah AS

"Lonjakan persediaan ini memberikan tekanan pada harga minyak, mengingat pasokan yang berlimpah dapat membatasi potensi kenaikan harga," ujarnya dalam riset, Rabu (23/10).

Situasi geopolitik di Timur Tengah juga memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan harga minyak. Ketegangan yang terus berlangsung di kawasan tersebut, termasuk serangan Israel yang menargetkan kelompok militan di Lebanon, menambah risiko ketidakpastian pasokan minyak global.

Andy menambahkan, upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan, seperti percakapan Menteri Luar Negeri AS dengan Perdana Menteri Israel, turut menjadi perhatian pasar. 
Meskipun begitu, dampak langsung terhadap harga minyak masih terbatas, mengingat ketidakpastian yang tinggi terkait dengan perkembangan di kawasan tersebut.

Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak mentah berjangka WTI turun sebesar 32 sen atau 0,5%, menjadi US$71,42 per barel. Meskipun demikian, harga minyak sempat ditutup lebih tinggi dalam dua sesi awal pekan ini.

Andy menilai, kondisi fluktuatif menunjukkan bahwa pasar minyak saat ini berada dalam fase yang cukup dinamis, dengan harga yang berayun dari wilayah jenuh jual ke jenuh beli dalam waktu singkat. 

Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Tipis Rabu (23/10) Pagi, Ambil Jeda Setelah Kenaikan Kemarin

Oleh karena itu, mempertahankan posisi di kedua sisi pasar menjadi tantangan bagi para pelaku pasar.

Dia memperkirakan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk hari ini kemungkinan bakal menguat. Berdasarkan analisis teknikal, indikator Moving Average menunjukkan bahwa tren bullish mulai terbentuk pada WTI. 

"Jika harga minyak mampu bertahan di atas level kunci, potensi kenaikan hingga US$74 per barel bisa terjadi pada hari ini. Namun, adanya kemungkinan koreksi harga jika terjadi pembalikan tren (reversal), dengan target penurunan berada di sekitar US$ 69 per barel sebagai level terdekat," jelas Andy.

Meski harga minyak saat ini menghadapi tekanan dari peningkatan stok, prospek jangka panjang tetap didukung oleh berbagai faktor positif. Salah satu faktor utama adalah tanda-tanda pemulihan permintaan minyak dari China, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia.

Baca Juga: Harga Minyak Acuan Ditutup Menguat Hampir 2% Usai Anjlok 7% di Pekan Lalu

Upaya pemerintah Beijing untuk merangsang pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan harapan pemulihan permintaan energi, yang pada akhirnya dapat memberikan dukungan terhadap harga minyak. Selain itu,  proyeksi jangka panjang juga turut memberikan gambaran arah harga minyak.

Goldman Sachs baru-baru ini memperkirakan harga minyak, bahwa harga minyak akan mencapai rata-rata US$ 76 per barel pada tahun 2025. 
Proyeksi ini didasarkan pada surplus minyak mentah yang moderat serta adanya kapasitas cadangan di antara negara-negara produsen OPEC+ yang dipimpin oleh Rusia.

"Dengan demikian, meskipun terjadi fluktuasi jangka pendek, tren jangka panjang diperkirakan tetap menunjukkan arah yang positif," pungkas Andy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×