kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembang properti hadapi tekanan likuiditas, begini rekomendasi analis


Senin, 26 Oktober 2020 / 18:46 WIB
Pengembang properti hadapi tekanan likuiditas, begini rekomendasi analis
ILUSTRASI. Booth Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) di Jakarta, Selasa. (4/5). KONTAN/Baihaki/4/5/2015


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat S&P Global Ratings menjelaskan pandemi Covid-19 membuat keuangan beberapa pengembang properti mengalami tekanan terutama yang kerap menggantungkan pada pendanaan mata uang asing, kondisi ini meningkatkan risiko refinancing

Di sisi lain, S&P melihat Covid-19 menyebabkan pemulihan penjualan pengembang properti akan terhambat melebihi kuartal I-2021, sehingga manajemen likuiditas dan liabilitas akan menjadi perhatian utama. 

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Johan Trihantoro menjelaskan penyebaran covid-19 yang terjadi di dalam negeri berdampak pada sektor properti, turunnya daya beli masyarakat menyebabkan properti saat ini bukan sebagai prioritas kebutuhan investasi sehingga berdampak pada penjualan perusahaan. 

Baca Juga: Saham BRIS (BRI Syariah) naik lagi, cuan 62,4% pembeli sebulan lalu

Penurunan penjualan berimbas pada kinerja perusahaan di sektor properti. Kondisi ini tentunya berpengaruh pada sektor properti komersial dan residensial.  Merujuk data Bank Indonesia (BI) di mana pada kuartal II-2020, Indeks Harga Properti Komersial yang tumbuh 0,29% yoy, lebih rendah dari 0,31% yoy pada kuartal I-2020 dan 1,50% (yoy) pada kuartal II-2019. 

Sedangkan Indeks Permintaan Properti Komersial tumbuh 0,20% yoy, melambat dari 0,41% yoy pada kuartal sebelumnya dan 1,19% yoy pada kuartal II-2019. Dan indeks harga properti residensial kuartal II-2020 sebesar 1,59% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan 1,68% yoy pada kuartal sebelumnya. 

Volume penjual properti residensial kuartal II-2020 mengalami penurunan pada seluruh tipe rumah, BI dalam surveinya penjualan properti residensial mengalami kontraksi sebesar 25,6% yoy. "Sehingga kami memprediksi sampai masih mengalami perlambatan. Kondisi ini tentunya akan berdampak pada likuiditas yang dihadapi oleh emiten properti," jelas Johan, Senin (26/10). 

Hal ini seiring dengan melambatnya penjualan sehingga  berdampak pada arus kas. Dengan likuiditas yang turun dan kebutuhan refinancing berpotensi meningkatkan risiko gagal bayar bagi pengembang. Meskipun berpotensi gagal bayar namun perlu dilihat kembali refinancing risk, apakah ada utang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dekat ini.

Baca Juga: IHSG menguat 0,62% ke 5.144,05, Senin (26/10), asing net buy Rp 128 miliar

Johan memprediksi saat ini sektor properti masih mengalami tekanan dan bertumbuh melambat jangka pendek akibat pandemi Covid-19, namun jika dilihat dari jangka panjang dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia mengindikasikan kebutuhan dari permintaan end-user akan terus meningkat. Sementara itu bila kondisi pandemi berakhir dan ekonomi mulai pulih sehingga mendorong kinerja pasar properti baik komersil maupun residensial . 




TERBARU

[X]
×