Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .
Dimas menilai, besaran kupon yang ditawarkan BMTR memang relatif tinggi dikarenakan situasi yang cukup unik. Salah satunya, BMTR dipandang negatif terkena impact isu belakangan seperti ada yang berusaha mempailitkan walau belum dikabulkan pengadilan.
“Padahal secara fundamental sebenarnya BMTR bisnisnya masih baik secara profitability maupun likuiditas yang masih segar di tengah kondisi saat ini. Keputusan mereka memasang imbal hasil 12% juga masih wajar karena secara cost of fund, mereka juga masih bisa serap dan bukan jadi masalah,” jelas Dimas.
Baca Juga: Morenzo Abadi Perkasa (ENZO) akan mencatatkan saham di BEI hari ini
Oleh karena itu, dengan pertumbuhan lini bisnis BMTR yang masih bagus, cashflow terjaga, serta BMTR jadi salah satu market leader di industri mereka, Dimas menilai obligasi mereka masih cukup menarik, apalagi dengan imbal hasil yang relatif tinggi.
Dimas optimistis obligasi korporasi masih akan terus menggeliat ke depan. Salah satu indikasinya adalah ketika PSBB kedua diumumkan, saham terkoreksi cukup tajam sedangkan obligasi justru masih cukup kuat. Hal ini menunjukkan masih tingginya kepercayaan investor terhadap obligasi.
"Dari posisi sekarang, yield juga ada potensi terus turun. Seiring dengan penurunan yield, ada peluang jumlah issuance lebih besar lagi karena perusahaan juga perlu refinancing dan ekonomi pun mulai pulih,” pungkas Dimas.
Selanjutnya: Pegadaian terbitkan surat utang Rp 3,25 triliun untuk tambah modal kerja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News