Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi korporasi kembali bergairah seiring jumlah penerbitan yang terus mengalami peningkatan. Tak hanya suplai yang bertambah, dari sisi permintaan pun dinilai terus mengalami pemulihan.
Berdasarkan data dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), sepanjang semester I-2020, total nilai emisi obligasi korporasi hanya sebesar Rp 30,03 triliun. Namun, semenjak Juli hingga awal September, nilainya berhasil naik menjadi Rp 520 triliun.
Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menerangkan bahwa perusahaan penerbit mulai percaya diri menerbitkan obligasi karena imbal hasil yang diharapkan investor saat ini lebih kecil dibandingkan semester I-2020. Bagi perusahaan tentunya financing cost jadi lebih murah.
Baca Juga: Ekonomi mulai pulih, penerbitan obligasi korporasi kembali bergairah
Di sisi lain, Dimas melihat demand dari investor pun mulai pulih seiring ketidakpastian yang mereda. Namun, jika berkaca dari pergerakan spread obligasi korporasi, Dimas menilai untuk obligasi dengan tenor satu tahun dan satu tahun ke bawah punya perbedaan yang agak besar dengan obligasi bertenor satu tahun ke atas.
“Rating AAA dengan tenor satu tahun atau ke bawah itu demand-nya sudah hampir balik seperti sebelum covid-19 melanda. Ini cukup logis, karena kebanyakan perusahaan yang punya rating AAA itu laporan keuangannya masih bagus dan tidak terlalu terdampak,” terang Dimas ketika dihubungi Kontan.co,id, Senin (14/9).
Tingginya permintaan untuk obligasi korporasi bertenor setahun atau setahun ke bawah disebut Dimas sejalan dengan dana kelolaan reksadana pasar uang yang terus meningkat. Selain itu, perbankan juga lebih memilih tenor pendek lebih dahulu untuk saat ini karena ketidakpastian untuk jangka panjang masih cukup tinggi.
Sementara untuk obligasi korporasi dengan tenor setahun ke atas, Dimas menyebut permintaannya masih lambat. Walau memang ada perbaikan, tapi jika dibandingkan dengan situasi sebelum covid-19, persentasenya masih cukup kecil. Dimas memperkirakan belum menyentuh 50% dari sisi pemulihan permintaannya. Pun proses pemulihannya dinilai masih akan cukup lama.
Baca Juga: IHSG kembali terpuruk, kinerja reksadana belum mampu bangkit
Salah satu emiten yang menerbitkan surat utang adalah PT Global Mediacom Tbk (BMTR). Bahkan emiten ini memasang kupon yang relatif tinggi di salah satu seri obligasi korporasinya, yakni seri C yang bertenor lima tahun dengan imbalan 12%.
Dimas menilai, besaran kupon yang ditawarkan BMTR memang relatif tinggi dikarenakan situasi yang cukup unik. Salah satunya, BMTR dipandang negatif terkena impact isu belakangan seperti ada yang berusaha mempailitkan walau belum dikabulkan pengadilan.
“Padahal secara fundamental sebenarnya BMTR bisnisnya masih baik secara profitability maupun likuiditas yang masih segar di tengah kondisi saat ini. Keputusan mereka memasang imbal hasil 12% juga masih wajar karena secara cost of fund, mereka juga masih bisa serap dan bukan jadi masalah,” jelas Dimas.
Baca Juga: Morenzo Abadi Perkasa (ENZO) akan mencatatkan saham di BEI hari ini
Oleh karena itu, dengan pertumbuhan lini bisnis BMTR yang masih bagus, cashflow terjaga, serta BMTR jadi salah satu market leader di industri mereka, Dimas menilai obligasi mereka masih cukup menarik, apalagi dengan imbal hasil yang relatif tinggi.
Dimas optimistis obligasi korporasi masih akan terus menggeliat ke depan. Salah satu indikasinya adalah ketika PSBB kedua diumumkan, saham terkoreksi cukup tajam sedangkan obligasi justru masih cukup kuat. Hal ini menunjukkan masih tingginya kepercayaan investor terhadap obligasi.
"Dari posisi sekarang, yield juga ada potensi terus turun. Seiring dengan penurunan yield, ada peluang jumlah issuance lebih besar lagi karena perusahaan juga perlu refinancing dan ekonomi pun mulai pulih,” pungkas Dimas.
Selanjutnya: Pegadaian terbitkan surat utang Rp 3,25 triliun untuk tambah modal kerja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News