kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penerbitan Obligasi Korporasi Berpotensi Turun di Kuartal II-2024, Ini Pemicunya


Senin, 22 April 2024 / 21:48 WIB
Penerbitan Obligasi Korporasi Berpotensi Turun di Kuartal II-2024, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Penerbitan obligasi korporasi di kuartal II berpotensi menurun. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi di kuartal II berpotensi menurun. Suku bunga yang masih berpotensi naik dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi pemicunya.

Sebelumnya, Pefindo melaporkan total penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 26,4 triliun dari 23 perusahaan. Obligasi dan sukuk menjadi penyumbang terbesar dengan nilai Rp 25,1 triliun, turun dibandingkan kuartal I 2023 sebesar Rp 27,5 triliun.

Kepala Ekonom Bank Centra Asia (BCA) David Sumual mengatakan, turunnya penerbitan obligasi korporasi akibat adanya ketidakpastian ekonomi. Dari dalam negeri misalnya, karena ada Pemilu sehingga pasar wait and see.

Selain itu, penurunan juga seiring dengan modal kerja emiten yang menurun. David menyebutkan, dalam 4 kuartal terakhir (termasuk kuartal I 2024), belanja modal emiten di Bursa Efek Indonesia turun.

Baca Juga: Ekonomi Masih Tak Pasti, Nilai Penerbitan Obligasi Korporasi Berpotensi Turun

Untuk kuartal II, ia menilai sebetulnya ada potensi untuk naik. Terlebih setelah adanya keputusan Mahkama Konstitusi (MK) terkait Pemilu. 

"Sehingga ada potensi perbaikan, tak hanya untuk refinancing, tetapi juga untuk ekspansi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/4).

Kendati begitu, memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah berpotensi meningkatkan inflasi sehingga suku bunga juga berpotensi kembali naik. Terlebih, the Fed berpotensi menerapkan kebijakan suku bunga higher for longer, sehingga suku bunga masih cukup tinggi.

"Faktor wild card, mirip tahun 70-an. Faktor geopolitiknya bisa membuat inflasi naik dan suku bunga terkerek naik juga," paparnya. 
Alhasil, hal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap minat penerbitan obligasi.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto melanjutkan, dengan ketegangan di Timur Tengah memberikan efek pada pelemahan rupiah. Dus, yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun meningkat.

Ia berandangan, dengan naiknya cost of fund akan mempengaruhi minat penerbitan obligasi. 

"Penerbitan di kuartal II berpotensi turun 10%-15% dari kuartal I," katanya.

Baca Juga: Begini Potensi Pasar Surat Utang Korporasi di Kuartal II-2024

Ramdhan melihat, saat ini level psikologis yield SUN 10 tahun di level 7%. Namun, jika situasi di Timur Tengah berkepanjangan maka, yield berpotensi di atas 7% pada semester I 2024. 

"Dengan kondisi ini, yield berpotensi bergerak ke 7,25%," katanya.

Namun, di semester II yield juga berpotensi turun. Ini seiring ekspektasi penurunan suku bunga the Fed. 

"Dengan asumsi penurunan satu kali, maka yield bisa berada direntang 6,5%-6,7%," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×