Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi di kuartal II berpotensi menurun. Suku bunga yang masih berpotensi naik dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi pemicunya.
Sebelumnya, Pefindo melaporkan total penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 26,4 triliun dari 23 perusahaan. Obligasi dan sukuk menjadi penyumbang terbesar dengan nilai Rp 25,1 triliun, turun dibandingkan kuartal I 2023 sebesar Rp 27,5 triliun.
Kepala Ekonom Bank Centra Asia (BCA) David Sumual mengatakan, turunnya penerbitan obligasi korporasi akibat adanya ketidakpastian ekonomi. Dari dalam negeri misalnya, karena ada Pemilu sehingga pasar wait and see.
Selain itu, penurunan juga seiring dengan modal kerja emiten yang menurun. David menyebutkan, dalam 4 kuartal terakhir (termasuk kuartal I 2024), belanja modal emiten di Bursa Efek Indonesia turun.
Baca Juga: Ekonomi Masih Tak Pasti, Nilai Penerbitan Obligasi Korporasi Berpotensi Turun
Untuk kuartal II, ia menilai sebetulnya ada potensi untuk naik. Terlebih setelah adanya keputusan Mahkama Konstitusi (MK) terkait Pemilu.
"Sehingga ada potensi perbaikan, tak hanya untuk refinancing, tetapi juga untuk ekspansi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/4).
Kendati begitu, memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah berpotensi meningkatkan inflasi sehingga suku bunga juga berpotensi kembali naik. Terlebih, the Fed berpotensi menerapkan kebijakan suku bunga higher for longer, sehingga suku bunga masih cukup tinggi.
"Faktor wild card, mirip tahun 70-an. Faktor geopolitiknya bisa membuat inflasi naik dan suku bunga terkerek naik juga," paparnya.
Alhasil, hal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap minat penerbitan obligasi.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto melanjutkan, dengan ketegangan di Timur Tengah memberikan efek pada pelemahan rupiah. Dus, yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun meningkat.
Ia berandangan, dengan naiknya cost of fund akan mempengaruhi minat penerbitan obligasi.
"Penerbitan di kuartal II berpotensi turun 10%-15% dari kuartal I," katanya.
Baca Juga: Begini Potensi Pasar Surat Utang Korporasi di Kuartal II-2024
Ramdhan melihat, saat ini level psikologis yield SUN 10 tahun di level 7%. Namun, jika situasi di Timur Tengah berkepanjangan maka, yield berpotensi di atas 7% pada semester I 2024.
"Dengan kondisi ini, yield berpotensi bergerak ke 7,25%," katanya.
Namun, di semester II yield juga berpotensi turun. Ini seiring ekspektasi penurunan suku bunga the Fed.
"Dengan asumsi penurunan satu kali, maka yield bisa berada direntang 6,5%-6,7%," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News