kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penempatan dana pemerintah di bank tak mengubah rekomendasi saham perbankan


Jumat, 26 Juni 2020 / 06:50 WIB
Penempatan dana pemerintah di bank tak mengubah rekomendasi saham perbankan


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

Keduanya berpendapat hal ini lantaran, selama pengarahan Kemenkeu, Menteri Keuangan menekankan bahwa suntikan likuiditas dimaksudkan untuk dicairkan sebagai pinjaman ke sektor riil. JIka dimungkinkan untuk UMKM dan sektor padat karya. Ini akan mengurangi kekhawatiran pada penyaluran pinjaman ke bank-bank bermasalah. 

Bank komersial dengan peringkat kesehatan komposit minimal 3 dan mayoritas kepemilikan tidak dimiliki entitas asing dapat memenuhi syarat untuk memanfaatkan likuiditas ini. Meskipun mungkin dalam fase injeksi berikutnya perlu diperhatikan bahwa sebagian besar bank bermasalah berada dalam komposit peringkat kesehatan. 

Baca Juga: Perbankan tetap optimis KPR masih akan tumbuh hingga akhir tahun

Faktor lain yang menjadi perhatian dari Indo Premier adalah peraturan tersebut juga menyatakan dana ini tidak diperbolehkan untuk membeli obligasi pemerintah atau transaksi forex. 

Bagi kedua analis ini, perkembangan ini positif bagi emiten sektor perbankan. Tapi Jovent dan Anthony menilai ini bukan peluru perak. 

Sehingga, Indo Premier Sekuritas mempertahankan pandangan netral pada saham sektor perbankan. "Dalam pandangan kami, ini adalah perkembangan yang sangat positif, tetapi ini bukan peluru perak mengingat besarnya ukuran restrukturisasi," tutur analis. 

Baca Juga: Mengukur efek penempatan dana pemerintah ke bank BUMN

Pada Mei 2020, empat bank BUMN telah merestrukturisasi pinjaman Rp 490 triliun. Ini dengan asumsi sebagian besar debitur mungkin memerlukan 25%-30% modal kerja tambahan dari ukuran pinjaman awal mereka untuk memulai kembali bisnisnya. 

Sementara empat bank BUMN mungkin memerlukan likuiditas Rp 150 triliun. Menurut Jovent dan Anthony, ini suatu gap yang besar. Bahkan, jika mengasumsikan pemerintah akan melakukan 3 fase injeksi likuiditas dengan total nilai Rp 90 triliun hanya untuk bank BUMN. Tapi Indo Premier menilai hal tersebut tidak mungkin terjadi. 

Karena itu, dari empat saham bank BUMN yakni BMRI, BBRI, BBNI dan BBTN, Indo Premier masih menyarankan hold kecuali pada saham BBTN masih disarankan buy dengan target Rp 1.200 per saham. Sementara BMRI, BBRI dan BBNI disarankan hold engan target harga masing-masing di Rp 5.100, Rp 2.700 dan Rp 3.900. 

Baca Juga: Penempatan dana Rp 30 triliun, Hipmi: Angin setengah segar dari pemerintah

Saham BBCA disarankan hold dengan target harga Rp 26.000 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×