Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat emiten produsen semen kompak membukukan penurunan penurunan pendapatan sepanjang 2020. Namun, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan entitas anak usahanya, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) berhasil membukukan kenaikan laba bersih.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr menilai, capaian emiten semen dari segi penjualan hingga level gross profit masih inline dengan ekspektasi yang dia pasang.
Namun, Zamzami mengakui torehan bottom line emiten semen agak melebihi ekspektasi, khususnya untuk SMGR. “ Karena mereka cukup baik dalam menurunkan utang, sehingga finance cost-nya bisa turun hingga 28%,” terang Zamzami kepada Kontan.co.id, Kamis (1/4).
Sebelumnya, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Yosua Zisokhi menilai, pendapatan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang turun hingga 11% secara tahunan (yoy) sejalan dengan estimasi, dimana hal ini karena terjadi penurunan pada volume penjualan sebesar 9,7%.
Meski demikian, produsen semen merk Tiga Roda ini berhasil menurunkan beban biayanya lebih banyak dibandingkan penurunan pendapatan, seperti beban pokok pendapatan atau cost of good sold (COGS), beban usaha, serta beban pajak. Hal ini membuat laba bersih INTP hanya turun 1,5% yoy menjadi Rp 1,80 triliun.
Baca Juga: Emiten semen kompak catatkan penurunan pendapatan sepanjang 2020
Yosua mengatakan, pencapaian laba bersih INTP di 2020 berada di atas ekspektasi Samuel Sekuritas, dimana pihaknya memproyeksikan laba bersih INTP hanya mencapai Rp 1,3 triliun saja.
Zamzami menilai, konsumsi semen nasional tahun ini bisa tumbuh 3%-4%. Beberapa sentimen pendorongnya antara lain naiknya anggaran infrastruktur dan pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF).
Hal ini membuat penggunaan semen bulk (curah) harusnya bisa mengalami pemulihan seiring maraknya pembangunan. Hanya saja, kemungkinan besar pertumbuhan permintaan semen bulk baru terasa di semester kedua karena biasanya proyek-proyek banyak digulirkan di paruh kedua.
Meski demikian, penggunaan semen sak (kantong) memang masih lebih dominan. Hingga Fabruari 2021, Zamzami menyebut penggunaan semek sak lebih dari 70%, malah hampir mencapai 80%.
“Penggunaan semen sak bisa sampai 80%, karena penggunaan semen bulk masih menurun terus, seiring proyek-proyek yang belum terlalu digulirkan,” sambung dia. Zamzami menilai, segmen yang bisa tumbuh lebih stabil sepanjang tahun adalah semen sak.
Baca Juga: Pendapatan dan laba bersih Semen Baturaja (SMBR) kompak menurun di 2020
Senada, Yosua menilai konsumsi semen nasional bisa bertumbuh positif tahun ini. Kenaikan anggaran infrastruktur sebesar 38%, serta potensi pemulihan perindustrian dan perumahan diproyeksikan akan menopang pertumbuhan konsumsi semen nasional antara 5% hingga 7%.