Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kinerja PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) di semester I-2015 melambat. Hal ini mengingat pasar iklan masih melemah sepanjang periode tersebut.
Rizky Hidayat, analis Mandiri Sekuritas mengungkapkan perusahaan barang konsumsi lokal menjadi penopang pendapatan iklan SCMA hingga Juni 2015. SCMA memperkirakan pendapatan sepanjang lima bulan pertama tahun ini akan mengalami penurunan single digit lantaran lemahnya iklan.
Meski demikian, Rizky percaya pendapatan di kuartal II-2015 akan naik dari kuartal sebelumnya karena dimulainya liburan sekolah dan bulan puasa. "Namun, pertumbuhan year on year (yoy) mungkin tidak akan terlalau bagus karena tahun lalu pasar iklan lebih kuat," ungkapnya dalam riset Kamis (9/7).
SCMA menargetkan pendapatan tahun ini akan tumbuh 8% yoy. Pendapatan di semester kedua diperkirakan akan lebih kuat dibanding semester pertama. Perseroan menargetkan pendapatan di semester kedua tahun ini akan tumbuh 15% yoy. Namun, mengingat kondisi pasar saat ini, Rizky memangkas target pendapatan SCMA tahun 2015 sebesar 5%, dari Rp 4,58 triliun menjadi Rp 4,37 triliun.
Berdasarkan pembicaraan dengan managemen SCMA, Rizky menyebutkan, perusahaan multinasional seperti Unilever dan Procter & Gamble lebih konservatif dalam menghabiskan belanja iklan karena lemahnya penjualan di Eropa.
Di samping itu, ada peningkatan promosi secara langsung di titik-titik tertentu dibanding iklan di televisi. Namun, SCMA mengaku perusahaan konsumer lokal seperti Grup Indofood masih menghabiskan banyak iklan. Rizky menilai, pelemahan nilai tukar rupiah masih menimbulkan resiko terhadap sektor media termasuk SCMA.
Baru-baru ini, SCMA bersama dengan EMTK juga telah membentuk perusahaan joint venture yakni Indonesia Entertainment Group (IEG). SCMA menguasai 72% saham perusahaan tersebut. Pembentukan IEG ini bertujuan untuk mengembangkan bisnis konten sebagai sumber keuntungan di masa depan. Sejauh ini, SCMA telah mengalihkan beberapa aset ke IEG, diantaranya content library, studio, hingga rumah produksi untuk drama dan animasi.
Rizky menilai pasar iklan di semester kedua tahun ini masih akan sulit, berdasarkan asumsi rupiah melemah dan pasar global yang tidak stabil. Selanjutnya, belanja iklan dari perusahaan konsumen lokal akan mendorong pendapatan iklan SCMA yang lebih baik.
Rizky menargetkan pendapatan SCMA tahun ini sebesar Rp 4,37 triliun atau tumbuh 7,6% dari tahun lalu Rp 4,06 triliun. Sedangkan laba bersih SCMA diperkirakan Rp 1,53 triliun atau tumbuh 5,5% dari tahun lalu Rp 1,45 triliun. Rizky merekomendasikan neutral saham SCMA dengan target harga Rp 3.000 per saham.
Wuwun Nafsiah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News