kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   9.000   0,46%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Menakar prospek saham SCMA


Senin, 15 Juni 2015 / 21:12 WIB


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) memangkas belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini menjadi Rp 150 miliar dari rencana awal Rp 350 miliar. Pasalnya, rencana perseroan untuk ekspansi ke Televisi digital ditunda lantaran belum adanya aturan yang jelas terkait penyelenggaraan penyiaran TV digital tersebut.

Sebelumnya, SCMA telah membangun beberapa infrastruktur di sejumlah daerah untuk mengembangkan ekspansi ke TV digital. Namun, sampai saat ini gugatan terhadap peraturan Menteri Kominfo No 22 tahun 2011 tentang penyelenggaraan penyiaran Televisi Digital masih belum jelas arahnya.

Adapun belanja modal yang tengah dianggarkan tahun ini akan dipergunakan untuk membiayai infrastruktur dan peremajaan peralatan penyiaran SCMA. Perseroan akan mengandalkan khas internal untuk capex tersebut.

Teuku Hendry Andrean, analis Buana Capital menilai prospek SCMA hingga akhir tahun masih cukup bagus. Rencana ekspansi ke TV digital merupakan salah satu strategi bisnis perseroan sebagai perusahaan media. Namun, penundaan ekspansi tersebut bukan karena ketidaksiapan perseroan tetapi lebih karena regulasi yang belum jelas.

Hendry mengatakan penundaan ekspansi TV digital tersebut tidak terlalu berpengaruh ke kinerja perseroan. Jika aturan sudah jelas SCMA tetap dapat melanjutkan ekspansi tersebut.

Menurut Hendry pemangkasan capex hingga mencapai 100% tersebut bukan hanya karena penundaan ekspansi tersebut tetap juga merupakan bagian dari strategi perseroan menghadapi penurunan belanja iklan di tengah perlambatan ekonomi. “Jadi itu dilakukan untuk tetap menjaga margin,” kata Hendry pada KONTAN, Senin (15/6).

David Natanael Sutyanto, analis First Asia Capital mengatakan, SCMA akan sangat bagus jika ekspansi ke TV digital karena ke depan era pertelevisian akan mengarah ke digital seperti yang telah banyak berkembang di negara-negara lain.

Namun, senada dengan Hendry, David menilai penundaan ekspansi TV digital tersebut tidak berdampak negatif terhadap kinerja perseroan. Pasalnya, itu dilakukan karena belum adanya aturan yang jelas.

David memperkirakan prospek kinerja SCMA masih cukup bagus hingga akhir tahun karena menurutnya belanja iklan masih akan mengalami pertumbuhan. Kendati demikian, tantangan perseroan diperkirakan masih besar di tengah perlambatan ekonomi. Oleh karena itu, David merekomendasikan hold untuk SCMA dengan target harga Rp 3.200.

Sementara menurut Hendry, tantangan yang akan dihadapi SCMA masih besar yakni adanya perlambatan ekonomi dan fluktuasi nilai tukar rupiah. Para pengusaha-pengusaha tentu akan melakukan efisiensi dengan menurunkan belanja iklan untuk menjaga margin. Adapun tekan nilai tukar akan membuat biaya yang dikeluarkan SCMA untuk program asing semakin mahal. “Ini terutama biaya untuk program sepak bola,” kata Hendry.

Namun, tantangan tersebut bisa dihadapi jika SCMA bisa menghasilkan program yang menarik. Hendry bilang, untuk STV memang tidak ada masalah karena masih memiliki kekuatan dari acara primetime seperti sinetron dan FTV. Menurutnya, permasalahan sekarang ada pada Indosiar setelah berakhirnya Akademi Dangdut Season II. “Program yang akan menggantikan akademi dangdut ini yang akan menentukan prospek ke depan,” kata Hendry.

Sampai saat ini, Hendry melihat prospek SCMA masih cukup cerah. Dia mempertahankan target pendapatan perseroan di Rp 4.49 triliun dan Laba bersih Rp 1,63 triliun atau naik 12,2% dari tahun sebelumnya.

Meski SCMA mengalami penurunan pendapatan sebesar 0,8% pada kuartal I 2015, Jeprix Kosiady, Analis Sucorinvest dalam risetnya 13 Mei 2015 mengatakan perseroan masih mampu tumbuh di tengah perlambatan ekonomi karena memiliki arus khas yang kuat.

Jeprix menargetkan pendapatan SCMA hingga akhir tahun akan tumbuh 8,1% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 4,38 triliun dan laba bersih tumbuh 15,8% menjadi Rp 1,68 triliun. Dia mempertahankan buy untuk SCMA dengan target harga Rp 3.600.

Hendry masih merekomendasikan buy untuk SCMA dengan target Rp 3.59. Sedangkan David merekomendasikan hold dengan target Rp 3.200.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×