Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) bakal mengembangkan kota mandiri di Bogor dan Bandung. Malah, SMRA menargetkan sudah bisa memulai penjualan proyek itu di tahun 2014.
Analis menyebutkan, proyek baru tersebut untuk mengamankan fulus SMRA di masa mendatang. Hanya saja, proyek kota mandiri itu belum akan berkontribusi besar ke SMRA di tahun ini.
Steven Gunawan, analis Batavia Prosperindo Sekuritas mengatakan, bisnis properti di Serpong dan Bekasi masih akan menopang pendapatan SMRA di tahun ini. Kenaikan tarif sewa mal juga akan menaikkan pendapatan berulang SMRA. Selain itu, SMRA juga masih memiliki pendapatan berulang dari bisnis hotel.
Menurut Steven, proyek perumahan memiliki kontribusi terbesar bagi pendapatan SMRA, yaitu sekitar 70%. "Sedangkan, pendapatan dari mal dan hotel kontribusinya sekitar 20% saja," ujarnya.
Hanya saja, kata dia, berbagai kebijakan, seperti kenaikan uang muka pembelian properti dan suku bunga kredit akan akan memperberat kinerja emiten properti di tahun 2014, termasuk SMRA.
Toh begitu, Steven memperkirakan, pendapatan SMRA di tahun ini berpotensi naik. Hitungan dia, pendapatan SMRA di tahun ini bisa mencapai Rp 4,7 triliun. Tahun lalu, pendapatan SMRA diprediksi sebesar Rp 4 triliun.
Sedangkan, proyek baru kontribusinya baru akan terasa di tahun mendatang. "Diversifikasi usaha SMRA termasuk bagus," kata Steven.
Akan melambat
Analis Trimegah Securities, Melvina Wildasari juga menilai, bisnis SMRA di Serpong dan Bekasi masih menopang kinerja perusahaan. Namun, ia memprediksikan, penjualan SMRA di tahun ini akan sama dengan 2013, yaitu sebesar Rp 4 triliun. Sedangkan, penjualan SMRA di tahun 2015, akan naik hingga 15%.
Natalia Sutanto, analis Indopremier Securities dalam risetnya juga memperkirakan, target penjualan SMRA di tahun ini akan cenderung flat. Kebijakan pengetatan loan to value (LTV) kredit properti dan juga pelaksanaan pemilihan umum akan membuat penjualan properti melambat tahun ini.
Proyeksi dia, pendapatan SMRA di tahun ini akan mencapai Rp 4,42 triliun. Angka ini naik dari proyeksi pendapatan SMRA di tahun 2013 sebesar Rp 3,96 triliun.
Hanya saja, tahun ini, SMRA juga membutuhkan pendanaan besar untuk akuisisi lahan serta mengembangkan proyek masa depan di Bandung dan Bogor. Ada kemungkinan, SMRA akan mengambil pinjaman untuk mendanai proyek tersebut. Ini berpotensi menurunkan potensi net income SMRA di tahun ini.
Dalam risetnya, Natalia mengubah proyeksi laba bersih SMRA di tahun ini menjadi Rp 1,17 triliun, atau turun 9% dari proyeksi laba bersih versi sebelumnya yang sebesar Rp 1,29 triliun.
Kendati begitu, Natalie masih merekomendasikan buy saham SMRA dengan target harga sebesar Rp 1.450 per saham. Senada dengan Natalia, Steven juga merekomendasikan buy saham SMRA dengan target harga Rp 1.130 per saham.
Sedangkan, Melvina menyarankan hold saham SMRA dengan target harga Rp 970 per saham. Kemarin, harga SMRA turun 3,66% ke Rp 920.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News