Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berencana mengembangkan kota mandiri di kota Bogor dan Bandung. Summarecon berencana memulai penjualan di tahun 2014.
Proyek SMRA lainnya yaitu Harris Hotel dan Pop Hotel Kelapa Gading dijadwalkan rampung tahun 2014. Sedangkan Movenpick Hotel di Bali ditargetkan selesai tahun 2015.
Pendapatan SMRA pada Desember 2013 hanya mencapai Rp 3,3 triliun, meleset dari target penjualan Rp 4 miliar. Hal ini disebabkan karena kesulitan pembebasan lahan. SMRA sendiri memperkirakan pendapatan perusahaan di tahun 2014 flat pada Rp 4 trilun.
Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan mengakui proyek perumahan memiliki kontribusi terbesar bagi pendapatan SMRA, yaitu sekitar 70%. "Sedangkan proyek seperti mall dan hotel kontribusinya sekitar 20% saja," ujarnya.
Berbagai kebijakan, menurut Steven, juga akan memperberat kinerja emiten properti di tahun 2014. Kebijakan tersebut antara lain, suku bunga yang akan terus naik, dan kebijakan pembatasan loan to value (LTV) yang diberlakukan mulai September 2013. "Semua akan berpengaruh di tahun 2014," lanjut Steven. Ditambah lagi dengan adanya hajatan pemilu 2014 yang dapat mempengaruhi investor.
Meski beban berat, Steven menilai SMRA dapat menggenjot pendapatan. Perkiraan Steven, pendapatan SMRA di tahun 2014 dapat mencapai Rp 4,7 triliun. Alasannya, bisnis properti Summarecon di Serpong dan Bekasi masih bisa memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi perusahaan.
Kenaikan tarif mall juga akan menaikkan pendapatan karena developer pasti membebankan ke penyewa mall. Selain itu, SMRA juga memiliki pendapatan berulang dari bisnis mall dan hotel.
Sedangkan proyek-proyek baru yang dibangun SMRA dapat mengamankan pendapatan di masa mendatang. "Difersifikasi usahanya bagus," kata Steven.
Senada dengan Steven, Analis Trimegah Security, Melvida Wildasari menilai bisnis SMRA di Serpong dan Bekasi bisa menopang kinerja perusahaan.
Namun, Melvida memprediksikan penjualan perusahan di tahun 2014 sama dengan 2013, yaitu sebesar Rp 4 triliun. Sedangkan penjualan tahun 2015, menurut prodiksi Melvida bisa naik hingga 15%.
Natalia Sutanto dari PT Indopremier Securities dalam risetnya tanggal 1 November 2013 memperkirakan target penjualan SMRA sama dengan tahun sebelumnya.
SMRA mengalami pertumbuhan pendapatan yag kuat di kuarta III tahun 2013 yaitu sebesar 131% yoy. Sedangkan keuntungan perusahaan mencapai Rp 268 miliar.
Hal ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan dan efisiensi operasional perusahaan. Proyek mall di Bekasi yang belum lama beroperasi turut menyumbangkan pendapatan SMRA, meski kecil.
Natalia memperkirakan margin laba bersih SMRA tahun 2013 27%, sedangkan tahun ini turun menjadi 26,1%.
Di kuartal III tahun 2013, pendapatan SMRA sebsar Rp 1,1 triliun atau naik 66% yoy, dengan dukungan marketing sales 2011 sebesar Rp 10,2 triliun.
Dalam risetnya, Natalia menurunkan estimasi marketing sales SMRA, dari semula Rp 4 triliun menjadi Rp 3,5 triliun. Sedangkan pendapatan perusahaan di Desember 2013 sebesar Rp 3,3 triliun.
Hal ini disebabkan oleh rencana perusahaan yang menunda peluncuran apartemen Kelapa Gading lantaran masalah perizinan.
Untuk mendukung rencana pembangunan kota masa depan di Bandung dan Bogor, SMRA diprediksi akan mempertahankan pendapatan bruto dan margin operasi pada tahun 2015. Sedangkan biaya pembangunan akan mengurangi pendapatan 2014 sebesar 9%, dengan margin bersih 26,6%.
Natalie merekomendasikan buy dengan prediksi harga Rp 1.450. Senada dengan Natalia, Steven merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.130, sedangkan Melvina merekomendasikan hold dengan target harga Rp 970.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News