Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Walau demikian, kabarnya Cardano pada Agustus tahun ini akan meluncurkan fitur smart contract. Jika peluncuran tersebut terlaksana, Vinsensius menyebut, nilai aset Cardano pun akan terdorong. Pasalnya, para programer nantinya bisa membuat token di atas blockchain Cardano, membuat aplikasi DeFi dan banyak hal lainnya.
Dia juga bilang, teknologi yang lengkap pun belum tentu membuat aset kriptonya naik dari sisi nilai dan harga. Pasalnya, bisa saja komunitas, kelompok, orang-orang, programmer enggan menggunakannya dengan alasan khusus. Jadi, aspek promosi, penjualan, distribusi informasi yang efektif oleh pemilik blockchain dan pendukungnya tak kalah penting untuk mengangkat nilai dan harga suatu aset kripto.
“Pada akhirnya, dalam memilih aset kripto, masing-masing punya nilai jualnya masing-masing. Tergantung pada keunggulan teknologi masing-masing, use case yang bisa luas dan penggunanya semakin banyak,” imbuh Vinsensius.
Baca Juga: Harga Bitcoin mencoba bangkit setelah terpuruk ke level terendah
Senada, Co-founder Cryptowatch dan pengelola channel Duit Pintar Christopher Tahir mengaku dalam memilih aset kripto tidak melihat tema yang diusung oleh aset tersebut. Menurutnya, penentuan utama tetap harus mempertimbangkan use-case sebuah aset kripto sendiri. Ia baru akan masuk ke aset kripto tematik ketika memang harganya sedang berada dalam tren bullish.
“Jadi sebatas untuk mendapatkan persentase keuntungan lebih besar saja, di mana keuntungannya akan diakumulasikan untuk beli aset kripto yang punya use-case lebih jelas seperti BTC atau ETH,” kata Christopher.
Oleh karena itu, ketika performa aset kripto tematik tertentu sedang underperform, dia pun memilih untuk segera meninggalkan aset tersebut. Menurutnya, ada kecenderungan koin ataupun token tematik yang use case-nya belum terlalu jelas memiliki likuiditas yang cenderung tipis. Sehingga, baginya tidak masuk akal untuk investor memaksakan dananya masuk pada aset tersebut.
Baca Juga: Terangkat FOMO, aset kripto berpotensi ditinggal investor ketika pasar tertekan dalam
Selain aset kripto bertema green energy, terdapat pula aset kripto bertemakan menggunakan emas sebagai aset dasarnya. Merujuk Coinmarketcap.com, beberapa di antaranya adalah Paxos Gold (PAXG), Perth Mint Gold Token (PMGT), Digix Global (DGX), Tether Gold (XAUT).
Terkait aset tersebut, Vinsensius melihat, kegunaan dan teknologi yang ditawarkannya cukup menarik. Pasalnya, dengan penggunaan blockchain, jangkauan transfer nilainya menjadi lebih luas.
“PAXG misalnya, dengan menggunakan blockchain, nilai emasnya direpresentasikan oleh smart contract di blockchain. Hal ini pada akhirnya memungkinkan setiap orang, bisa mengirimkan emas ke manapun tanpa terhalang jarak negara bahkan benua, serta bisa dilakukan setiap saat,” kata Vinsensius
Sementara untuk aset kripto yang berbasis emas, Christopher agak menyangsikannya karena investor tidak bisa memastikan dengan pasti apakah aset tersebut benar-benar ada. Ia cukup khawatir, aset-aset tersebut rawan akan manipulasi di balik layarnya.
“Mungkin ada yang akan mengklaim itu sudah diaudit, namun audit tentunya enggak dilakukan setiap hari dong. Bisa aja hari ini selesai diaudit semuanya sesuai, minggu depannya barangnya tidak ada sama sekali. Jadi harus lebih berhati-hati juga,” tutup Christopher.
Baca Juga: Bitcoin hingga Dogecoin tumbang, ini 10 hal penting sebelum beli kripto
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News