kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,87%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Pemerintah Tambah Porsi Pembangkit EBT, Ini Deretan Emiten yang Bakal Diuntungkan


Senin, 11 September 2023 / 15:41 WIB
Pemerintah Tambah Porsi Pembangkit EBT, Ini Deretan Emiten yang Bakal Diuntungkan
ILUSTRASI. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dikembangkan PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

Meski sedang massif saat ini, Arandi menilai salah satu tantangan dalam pengembangan EBT adalah reliabilitas dari sumber energi. Sumber energi terbarukan seperti angin, air, matahari, belum bisa menggantikan pembangkit listrik dari batubara ataupun minyak dan gas.

“Tidak bisa sepenuhnya lepas dari fosil, yang paling mungkin adalah dikurangi,” kata Arandi.

Selain itu, masih ada undang-undang yang belum selesai dibahas di DPR terkait pengembangan EBT, salah satunya kebijakan power wheeling. Kebijakan ini mengatur pihak swasta yang bisa menjual EBT ke konsumen rumah tangga.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai positif diversifikasi bisnis EBT yang dilakukan oleh emiten pertambangan.

“Karena itu menjadi upaya mereka untuk mendiversifikasi usahanya ke EBT yang relatif steady dan tidak naik turun seperti batubara atau komoditas lainnya,” kata Felix kepada Kontan.co.id, Jumat (7/9).

Dia merekomendasikan buy saham UNTR dengan target harga Rp 31.000. Dia juga melihat prospek positif bisnis PGEO seiring dengan potensi peningkatan bauran energi panas bumi di Indonesia.

Di satu sisi, Felix menilai terdapat beberapa tantangan dalam mengembangkan EBT seperti pendanaan ataupun masih bergantungnya permintaan terhadap energi berbasis fosil.

Senada, Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan menilai, dana investasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan EBT relatif lebih besar dibandingkan dengan pembangkit listrik bertenaga fosil seperti PLTU.

“Tetapi saya rasa EBT sudah menjadi target global dan Indonesia pastinya harus  berkomitmen dengan kebijakan global yang berkaitan dengan pengurangan emisi karbon ke depannya,”  kata Rizkia kepada Kontan.co.id, Jumat (7/9).

Untuk saat ini, Rizkia menilai translasi dari penerapan EBT memang belum terlihat. Ini karena bauran EBT Indonesia masih kurang dari 15% saat ini, dan jauh dari target sebesar 23%. Dus, pemerintah harus serius untuk berkomitmen menaikkan porsi bauran EBT.

“Dan mungkin ke depannya kita bisa ekspektasi akan ada penanaman modal asing ke negara terkait dengan sektor EBT, dan pemerintah juga dapat menggelontorkan stimulus untuk para pelaku ini,’ pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×