Reporter: Dina Farisah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan optimistis bisa menjual sukuk global hingga Rp 9,6 triliun. Itu yang menjadi alasan pemerintah meniadakan lelang surat berharga syariah negara (SBSN), alias sukuk negara.
Pemerintah makin enggan menggelar lelang karena target pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hampir terpenuhi. Jadwal lelang SBSN pada Selasa (20/11) pun, batal.
Direktur Pembiayaan Syariah DJPU, Dahlan Siamat, mengatakan, dari total target penerbitan lelang sukuk sebesar Rp 57 triliun, realisasi penerbitan lelang sukuk hingga saat ini mencapai Rp 47,4 triliun. Perinciannya, dari penerbitan sukuk ritel sebesar Rp 13,6 triliun, sukuk dana haji Indonesia (SDHI) sebesar Rp 15,3 triliun. Lalu, dana Rp 18,5 triliun berasal dari lelang sukuk negara.
Sedangkan sisa penerbitan Rp 9,6 triliun melalui sukuk global. Dahlan optimistis, kekurangan dana tersebut bisa terpenuhi. Sebab, likuiditas pasar keuangan internasional sedang meningkat.
Selain itu, jumlah permintaan investor asing dalam setiap lelang sukuk lumayan besar. Dahlan menambahkan, kondisi Eropa yang tak kunjung menunjukkan perbaikan menambah alasan investor mengikut lelang sukuk global.
Dahlan yakin, minat investor pada lelang sukuk global masih tinggi. Bahkan, bisa melebihi target indikatif pemerintah (oversubscribed). "Pada lelang-lelang sebelumnya, selalu terjadi oversubscribed. Tidak sulit untuk memenuhi target ini," tutur dia, Senin (5/11).
Analis Obligasi Sucorinvest Central Gani, Ariawan, menilai, sukuk global yang akan ditawarkan pada akhir tahun ini, akan terserap. Alasan dia, produk syariah berbasis dollar AS masih sangat terbatas. Padahal, peminat instrumen itu cukup besar. Dia menuturkan, peminat produk syariah tak hanya investor lokal namun juga investor asing.
Sukuk global yang diterbitkan 2009 dan 2011, terbilang laris manis karena oversubscribed. Kala itu, pemerintah menerbitkan sukuk global bertenor lima tahun di 2009 dan tenor tujuh tahun di 2011. Tenor menengah dan panjang tersebut terbukti masih diburu investor.
Ariawan memprediksi, pemerintah masih akan melelang sukuk global tenor antara lima sampai 10 tahun. Dia menambahkan, sukuk global dengan jangka waktu ini paling diburu investor. Sebab, tren harga sukuk negara dengan tenor tersebut masih naik dibanding tenor pendek.
Dahlan masih enggan membocorkan target pembiayaan APBN, melalui sukuk negara, di tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News