Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jalan pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle di dalam negeri kian terbuka lebar. Kemarin (6/3), Pemerintah mengumumkan akan memberikan bantuan atau subsidi untuk kendaraan motor listrik sebesar Rp 7 juta per unit. Total anggaran yang dikeluarkan khusus untuk motor listrik ini kurang lebih sebesar Rp 1,75 triliun.
Terdapat dua kategori pemberian bantuan ini yakni, untuk 200 ribu unit motor listrik baru, dan 50 ribu unit untuk sepeda motor konvensional dari bahan bakar fosil yang diubah menjadi sepeda motor listrik.
Subsidi ini ditengarai menjadi angin segar bukan hanya bagi produsen kendaraan listrik saja, tetapi juga bagi produsen komponen kendaraan seperti baterai listrik. Nah, dalam hal ini, penambang nikel mengambil peran yang cukup vital dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Salah satu emiten yang dinilai bakal kecipratan berkah kendaraan listrik adalah PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Analis UOB Kay Hian Sekuritas Limartha Adhiputra mengatakan, Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa milik INCO diharapkan dapat menghasilkan 120.000 nikel yang merupakan bagian penting dalam mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik.
Baca Juga: Sejumlah Konstituen Catat Kinerja Apik, Ini Rekomendasi Saham LQ45 Jagoan Analis
Selain itu, INCO juga memiliki proyek dengan TISCO dan Xinhai di Bahodopi, untuk pengembangan pabrik feronikel berkapasitas 73.000 ton per tahun dengan nilai investasi US$2,3 miliar.
Adapun pemberian insentif ini dapat mendorong pembelian kendaraan listrik di Indonesia, serta membantu menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengurangi subsidi bahan bakar.
“Insentif kendaraan listrik dapat meningkatkan permintaan kendaraan listrik dan permintaan nikel untuk baterai listrik,” kata Limartha.
INCO juga memiliki akses ke Indonesia Battery Corporation (IBC) dan ekosistem produksi baterai EV yang dapat meningkatkan penjualan nikelnya di masa depan.
Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario menyebut, penggunaan nikel sebagai komponen baterai listrik juga turut menguntungkan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), terutama untuk posisi investasi jangka panjang. Permintaan nikel yang berasal dari pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan proyek energi baru terbarukan (EBT) akan menjadi pendorong utama prospek nikel.
Hasi terawangan MNC Sekuritas, permintaan nikel untuk material baterai diproyeksikan mencapai 18% dari seluruh penggunaan nikel pada 2026, dibandingkan dengan penggunaan nikel untuk baterai listrik yang hanya 7,1% pada 2021.
Dengan demikian, MDKA akan diuntungkan dengan naiknya permintaan nikel. MNC Sekuritas memproyeksikan bahwa pendapatan dari segmen nikel MDKA akan meroket 90% menjadi US$ 931 juta di 2023, diikuti dengan kenaikan 50% menjadi US$ 1,39 miliar pada 2024. Nantinya, nikel akan menyumbang 72% dari total pendapatan MDKA tahun ini.
“MDKA memiliki rencana untuk memperluas ke produk antara nikel kelas I yang berfungsi sebagai prekursor untuk katoda baterai kendaraan listrik yang bernilai lebih tinggi,” terang Alif kepada Kontan.co.id, Selasa (7/3).
Nikel yang dikembangkan termasuk nikel matte melalui smelter RKEF yang saat ini beroperasi untuk memproduksi nikel matte berkadar rendah terlebih dahulu. Pengembangan ini diikuti dengan pemurnian melalui Zhao Hui Nickel (ZHN) RKEF yang sedang dibangun, yang beroperasi pada semester pertama 2023 untuk menghasilkan nikel matte kadar tinggi.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Adaro Energy (ADRO) oleh Ciptadana Sekuritas, Kita Tengok Yuk!
Alif juga melihat, prospek tembaga akan relatif stabil dan tahan resesi tahun ini. Stabilnya outlook tembaga didorong oleh pembukaan kembali perekonomian China dan menggeliatnya energi hijau. Alif mengatakan, pembuatan kendaraan listrik dan generator bertenaga angin menggunakan komponen tembaga hingga tiga kali lebih banyak. Hal ini akan mendorong bisnis tembaga MDKA, dimana pendapatan dari segmen tembaga akan tumbuh sebesar 4,8% tahun ini menjadi US$ 155 juta.
Lebih lanjut, anak usaha MDKA yakni Merdeka Battery Materials di Morowali, Sulawesi Tengah direncanakan akan melakukan initial public offering (IPO) pada kuartal kedua 2023. MBM dirancang untuk memanfaatkan salah satu deposit nikel terbesar di dunia untuk mengembangkan ekosistem EV dan energi hijau.
Analis RHB Sekuritas Fauzan Luthfi Djamal menilai, subsidi ini akan berdampak minim terhadap emiten-emiten yang memiliki bisnis hilir (downstream) untuk precursor material baterai kendaraan listrik, seperti INCO dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Sehingga, berita insentif kendaraan listrik ini sudah tidak begitu memberi efek terhadap saham ANTM dan INCO.
Dia menilai, kebijakan subsidi ini lebih berdampak buat emiten yang menjual kendaraan listrik di segmen end user.
Kemungkinan pemberian subsidi ini akan menimbulkan sedikit dorongan terhadap penjualan unit sepeda motor listrik, seperti Selis, Alva, maupun Gesits. Hanya saja, pasar harus melihat dampak dari berlakunya insentif subsidi ini, setidaknya setelah dua bulan ke depan dari berlakunya insentif ini.
RHB Sekuritas menyematkan rekomendasi buy saham INCO dengan target harga Rp 8.300. Prospek INCO didukung oleh kemitraan INCO dengan perusahaan global seperti Taiyuan Iron & Steel, Shandong Xinhai Technology, Zhejiang Huayou Cobalt, dan Ford Motor. Kemitraan ini akan memberikan lebih banyak akses dalam hal kolaborasi teknologi dan pembiayaan.
UOB Kay Hian Sekuritas juga mempertahankan rekomendasi beli saham INCO dengan target harga Rp9.200. Pertimbangannya yakni karena harga nikel diperkirakan akan tetap solid, di rentang US$ 22.000 sampai US$ 24.000 per ton tahun ini. Menurut Limartha, harga nikel akan didukung oleh pemulihan ekonomi China dan penggunaan nikel dalam produksi baterai EV di masa mendatang.
Sementara MNC Sekuritas merekomendasikan beli saham MDKA dengan target harga Rp 5.560. Kinerja MDKA diekspektasikan akan unggul di tahun ini, mengingat adanya aksi IPO anak usaha dan prospek yang solid untuk semua segmen bisnis logamnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News