Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk mengontrol produksi batubara domestik di tahun ini menjadi 550 juta ton. Penyebabnya, produksi batubara di 2019 mencapai 610 juta ton setara 124,74% dari target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB).
Rencana pemerintah ini ditanggapi positif beberapa perusahaan batubara. Salah satunya PT Indika Energy Tbk (INDY). Head of Corporate Communications INDY Leonardus Herwindo mengatakan, pihaknya akan mengikuti kebijakan tersebut.
“Kebijakan pemerintah tentunya sudah memperhitungkan aspek-aspek yang berpengaruh, salah satunya adalah untuk menjaga supply dan harga batubara,” kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (10/1).
Namun, Leonardus berharap kebijaksanaan pemerintah dalam penerapan aturan ini yakni dengan membuka opsi revisi target produksi apabila harga batubara mulai bergairah.
Baca Juga: Capex Indika Energy (INDY) Tahun 2020 Turun 46,35%, Ini Penyebabnya
Tahun lalu, produksi batubara INDY menembus angka 34 juta ton. Untuk target produksi tahun ini, INDY belum bisa merilis sebab harus mengikuti persetujuan RKAB yang dikeluarkan pemerintah.
Ke depan, Leonardus optimistis bisnis batubara masih memiliki prospek yang cerah. Mengingat batubara masih menjadi kebutuhan energi baik di lingkup nasional maupun global.
“Saat ini batubara masih menjadi bisnis inti kami, walaupun kami juga melihat peluang untuk bisnis non batubara,” sambungnya.
Saat ini, INDY tengah getol untuk mendiversifikasi usahanya. Terakhir, anggota indeks Kompas100 ini, menambah kepemilikan saham di Nusantara Resources Ltd (NUS), perusahaan pertambangan mineral yang mengembangkan proyek tambang emas Awak Mas di Sulawesi Selatan.
Hal senada disampaikan oleh Dileep Srivastava, Direktur dan Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang menyebut akan mengikuti aturan dari Kementerian ESDM tersebut.
Dileep menilai, kebijakan ini akan berdampak positif terhadap harga batubara. ”Pada prinsipnya, pengurangan output akan berdampak baik pada harga komoditas termasuk batubara,” terangnya.
Hingga akhir 2019, volume produksi batubara BUMI menyentuh angka 87 juta ton. Tahun ini, BUMI memproyeksikan produksi akan naik 5% terutama karena kenaikan produksi batubara high calorie value (CV) dari tambang Arutmin.
Baca Juga: Pembayaran utang Bumi Resources (BUMI) sudah lampaui target
Asal tahu, tahun ini BUMI mengalokasikan belanja modal atawa capital expenditure (capex) US$ 50 juta – US$ 60 juta, sama seperti tahun lalu. Capex ini secara umum akan digunakan untuk pemeliharaan dan kebutuhan berkala.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News