Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
"Tujuan pemerintah melakukan lelang debt switch adalah untuk mengatur cashflow saat pemerintah harus membayar seri yang dalam waktu dekat akan jatuh tempo tetapi di satu sisi dana pemerintah terbatas apalagi jika pemerintah ada kebutuhan dana lain dan membutuhkan penukaran seri yang jatuh temponya lebih panjang," kata Desmon, Kamis (12/3).
Namun, saat ini lelang debt switch dibatalkan, Desmon mengira itu artinya pemerintah menyadari lelang debt switch tidak akan sukses menarik minat investor karena di tengah ketidakpastian pasar keuangan yang tinggi, investor cenderung mempertahankan obligasi dengan tenor pendek.
Baca Juga: IHSG anjlok 5,01% ke level terendah sejak Juni 2016
"Jika lelang debt switch tetap dilakukan, akan susah mendapat penukaran surat utang yang lebih panjang karena investor berpotensi tidak tertarik pada seri tenor panjang, apalagi tren yield saat ini naik dan ke depan prospeknya masih belum bisa dipastikan dengan benar," kata Desmon.
Pembatalan lelang debt switch ini semakin memberi sinyal bahwa pasar surat utang juga tidak luput dari pengaruh buruk pandemi virus corona. Desmon mengamati net sell juga terjadi di pasar obligasi dan membuat yield jebol ke 7% dari posisi 6,3%. Jika pandemi virus corona semakin parah, Desmon memproyeksikan return pasar obligasi tidak akan sebagus tahun lalu yang capai dua digit.
Baca Juga: Pekan depan, pemerintah lelang tujuh seri SUN dengan target indikatif Rp 15 triliun
Namun, Desmon mengatakan langkah mitigasi pemerintah dalam menjaga pasar obligasi akan lebih fleksibel daripada pasar saham karena pemerintah bisa melakukan intervensi langsung dengan masuk ke pasar surat utang. Desmon juga optimis jika virus corona mereda maka pelaku pasar akan kembali memburu SBN yang memang menarik karena memiliki spread cukup lebar dengan US Treasury dibandingkan surat utang negara tetangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News