Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
Dipangkasnya BI Rate memberikan peluang strategis bagi bank untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat kinerja keuangan.
Selama periode penurunan BI Rate pada 2016–2018 sebesar 125 bps, misalnya, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan signifikan dari sisi harga saham.
Saham perbankan memiliki bobot yang besar dalam pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mencapai hampir 30%. Oleh karena itu, IHSG otomatis bisa terangkat saat saham perbankan melesat.
Baca Juga: Kabar Salim Masuk Sebagai Pemegang Saham CMNP, Sudah Pasang Orang di Kursi Dirut
Tim Riset BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan BI Rate berpeluang turun lagi 25 bps pada semester II-2025 dan menargetkan IHSG berada di posisi 7.850 pada akhir 2025.
Sekuritas dengan kode broker OD ini memproyeksikan Laba per saham (Earnings per Share/EPS) tumbuh 6,5% dan valuasi yang dicerminkan dengan forward Price/Earnings Ratio (P/E) ada di 13 kali pada akhir 2025.
Salah satu bank yang akan merasakan dampak dari penurunan BI Rate adalah BBNI. Penurunan BI Rate memberikan keuntungan utama bagi bank dengan proporsi deposito berjangka yang besar.
Adapun BBNI memiliki sekitar 40% deposito dalam kategori khusus, mampu mengurangi biaya pendanaannya secara signifikan.
Baca Juga: Pelemahan Rupiah Berlanjut di 2025, Ini Upaya yang bisa Dilakukan Bank Indonesia
Asal tahu saja, sepanjang periode penurunan BI Rate pada 2016–2018 sebesar 125 bps, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam nilai saham.
Saham-saham bank besar, termasuk BBNI, menunjukkan hubungan terbalik yang kuat dengan suku bunga acuan, dengan keuntungan rata-rata mencapai 74%–108%.
Penurunan BI Rate akan memberikan sejumlah sentimen positif bagi BBNI antara lain.
Pertama, efisiensi biaya dana. Struktur pendanaan BNI memungkinkan perseroan untuk menyesuaikan beban bunga lebih cepat seiring dengan penurunan BI Rate.
Kedua, Portofolio pinjaman yang fleksibel. Dengan kombinasi pinjaman berbunga tetap dan mengambang, BBNI dapat menjaga margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) tetap stabil.
Ketiga, penguatan likuiditas. Penurunan suku bunga acuan mendorong penurunan imbal hasil obligasi, yang memberikan keleluasaan lebih besar dalam pengelolaan likuiditas.
Selanjutnya: Direktur Eksekutif AEI Gilman Nugraha Berbagi Tips Investasi, Kucinya Diversifikasi
Menarik Dibaca: Cek Apa Saja Kebiasaan dan Sifat Genetik yang Diwariskan Ibu & Ayah ke Anaknya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News