Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Anna Suci Perwitasari
Ibrahim mengatakan nikel dan tembaga masih memiliki prospek yang menjanjikan di waktu yang akan datang. Sebab, nikel menjadi salah satu bahan dasar untuk membangun mobil listrik. Sehingga, harga nikel berpotensi untuk kembali terangkat, terlebih setelah virus korona telah usai. Prediksi Ibrahim harga nikel akan kembali normal pada kuartal III dan IV tahun 2020.
Sementara untuk harga tembaga, juga didukung dengan adanya pemangkasan biaya produksi sebesar 18% atau setara US% 1,3 miliar oleh PT Freeport McMoran sebagai upaya menahan jatuhnya harga tembaga akibat virus corona.
“Harga logam industri kemungkinan akan merangkak pada kuartal III dan IV serta akan kembali normal pada tahun 2021,” kata Ibrahim.
Baca Juga: Hingga sore, harga emas spot masih turun di US$ 1.722,14 per ons troi
Wahyu memprediksi harga timah untuk periode jangka pendek dan menengah masih akan menantang. Tetapi, secara jangka panjang memiliki prospek yang cukup cerah sehingga berpotensi untuk kembali menguat. Apalagi didukung dengan adanya teknologi terbaru. Imbasnya, konsumsi timah dari sektor solder juga akan mengalami peningkatan.
Di samping itu, adanya kesepakatan pemangkasan produksi timah antara China dan Indonesia sebesar 30.000 ton yang telah disetujui pada akhir tahun 2019 juga menjadi sentimen positif untuk harga timah ke depan.
Berkaca dari kondisi tersebut, Wahyu memprediksi harga timah pada kuartal II akan bergerak di kisaran US$ 12.000 – US$ 18.000 per ton. Sedangkan harga tembaga pada kuartal II akan bergerak di kisaran US$ 4.000 – US$ 6.600 per metrik ton.
Ibrahim memprediksi harga nikel pada kuartal II akan bergerak di kisaran US$ 11.300 – US$ 13.500 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News