Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Anna Suci Perwitasari
Dari ketiga jenis logam tersebut, harga timah memiliki kondisi yang cukup baik setelah nikel. Itu tercermin dari tingkat persentase perubahan harga yang relatif kecil.
Wahyu mengatakan, timah memiliki stabilitas pasokan dan permintaan yang terbilang masih cukup terkendali. Terlebih dari kondisi pasokan relatif dalam kondisi yang baik, mengingat sumbernya dari Indonesia.
“Harga timah masih tertahan di konsolidasi dan level bawah tahun 2015,” kata Wahyu.
Kendati begitu, harga logam industri secara keseluruhan berpotensi untuk kembali menguat pada pekan ini meski hanya sementara. Wahyu melihat potensi menguat itu datang dari rencana sejumlah negara yang akan melonggarkan kebijakan lockdown dan membuka aktivitas perekonomian.
Baca Juga: Aturan tata niaga nikel domestik terbit, begini tanggapan asosiasi
Sebagai informasi, Italia melalui Perdana Menteri Giuseppe Conte mengumumkan akan membuka aktivitas perekonomiannya pada 4 Mei mendatang. Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga mengumumkan rencananya untuk membuka kembali perekonomian AS.
Selain itu, Ibrahim bilang stimulus yang digelontorkan oleh China untuk membantu bisnis logam industri sebesar 1 miliar yuan atau setara US$ 141,22 juta menjadi katalis positif untuk logam industri. Sehingga, logam industri dapat terangkat kembali. Hanya saja, akan menjadi signifikan apabila diikuti dengan dibukanya kebijakan lockdown di beberapa negara.
Itu disebabkan kebutuhan China untuk melakukan impor. Mengingat, impor nikel China pada bulan Maret turun 42,3%% secara tahunan. Hanya impor tembaga yang mengalami kenaikan tipis pada bulan Maret sebesar 1,03% secara tahunan. Kenaikan impor tembaga China sendiri dipengaruhi karena berhasil meningkatkan impor dari negara sumber alternatif.