kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.205   64,31   0,90%
  • KOMPAS100 1.106   11,04   1,01%
  • LQ45 878   11,56   1,33%
  • ISSI 221   1,08   0,49%
  • IDX30 449   6,43   1,45%
  • IDXHIDIV20 540   5,72   1,07%
  • IDX80 127   1,45   1,15%
  • IDXV30 135   0,62   0,46%
  • IDXQ30 149   1,69   1,15%

Pelonggaran GWM mengantar saham BBCA dan BBRI ke rekor tertinggi


Senin, 15 Juli 2019 / 18:48 WIB
Pelonggaran GWM mengantar saham BBCA dan BBRI ke rekor tertinggi


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua saham dengan nilai kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia mencetak rekor harga tertinggi. Senin (15/7), harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 1,58% ke Rp 30.525 per saham.

Ini adalah harga tertinggi saham BBCA sejak IPO pada Mei 2000 lalu. Dengan harga ini, nilai kapitalisasi pasar BBCA mencapai Rp 745 triliun.

Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) hari ini hanya menguat 0,44% ke Rp 4.530 per saham. Emiten bank pelat merah ini mencapai level harga tertinggi sejak IPO November 2003. Dengan harga saat ini, nilai kapitalisasi pasar BBRI mencapai Rp 553 triliun, terbesar kedua di Bursa Efek Indonesia.

Analis Reliance Sekuritas Kornelis Pandu melihat kebijakan relaksasi giro wajib minimum (GWM) oleh Bank Indonesia (BI) mengantar kenaikan saham BBCA dan BBRI ke rekor tertinggi. "Penurunan GWM juga berpotensi mengerek penyaluran kredit perbankan," kata Kornelis kepada Kontan.co.id, Senin (15/7). 

BI menurunkan GWM konvensional dari 6,5% menjadi 6% dan GWM syariah dari 5% menjadi 4,5%. BI menjelaskan, penurunan GWM tersebut bisa menambah likuiditas perbankan hingga Rp 25 triliun dalam menyalurkan kredit. BI memang menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit tahun ini di kisaran 10% hingga 12%. Sedangkan data Mei 2019 menunjukkan penyaluran kredit perbankan mencapai 11%.

Pada kuartal I-2019, BBRI melaporkan berhasil laba bersih Rp 8,2 triliun. Angka tersebut tumbuh 10,42% yoy. Penopang laba bersih tersebut berasal dari pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh double digit di atas rata-rata industri. 

Selain itu, katalis positif bagi sektor perbankan adalah prospek positif di sektor konstruksi dan infrastruktur. Sebab dengan bertumbuhnya sektor tersebut, perbankan terkena imbas dari segi pendanaan penyelesaian proyek. Bersamaan dengan itu, prospek penurunan suku bunga juga menjadi katalis positif bagi perbankan.

"Prospek penurunan suku bunga akan mendorong penyaluran kredit kepemilikan rumah karena sekitar 70% pembeli rumah menggunakan fasilitas kredit perbankan dalam memenuhi transaksi tersebut," jelas Kornelis.

Selain sentimen positif tersebut, Kornelis mengatakan secara fundamental juga kedua emiten tersebut terbilang baik. Sebab pada bulan Mei lalu kenaikan harga saham keduanya masih jauh di bawah target harga.

Dire merekomendasikan tahan saham BBRI karena harga saham bank BUMN ini sudah mendekati target konsensus di Rp 4.650. Begitu juga untuk BBCA, dia menyarankan investor untuk menahan karena harga saat ini sudah di atas target harga konsensus di Rp 29.000. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×