Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan tambang batubara angkat bicara mengenai tren pelemahan kurs rupiah yang disinyalir mempengaruhi pengelolaan utang valas perusahaan tersebut.
Sebagai catatan, kurs rupiah yang tercatat di Bloomberg pada Jumat (20/3) lalu berada di level Rp 15.960 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,30% dari perdagangan sebelumnya.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tercatat memiliki utang usaha sejumlah US$ 335,52 juta sepanjang tahun 2019. Jumlah tersebut turun 1,82% (yoy) dibandingkan utang usaha di tahun sebelumnya sebesar US$ 341,76 juta.
Baca Juga: Begini siasat Bukit Asam (PTBA) mengatur utang dolar AS saat rupiah melemah
Adapun utang usaha bermata uang dolar AS yang dimiliki ADRO tercatat sebesar US$ 88,93 juta. Angka ini juga turun 9% (yoy) dari hasil di tahun 2018 yaitu US$ 97,73 juta.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira menyebut, saat ini pihak ADRO tidak melakukan hedging atau lindung nilai terhadap eksposur valuta asing. Pasalnya, secara substansial sebagian besar pendapatan maupun pengeluaran operasional ADRO berbentuk mata uang dolar AS. “Kami yakini secara tidak langsung merupakan natural hedging atas paparan fluktuasi nilai tukar mata uang asing,” ujar dia, Jumat (20/3).
Baca Juga: Realisasi DMO batubara untuk tenaga listrik sudah 16,16 juta ton hingga Februari
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava juga menyebut, pelemahan rupiah tidak benar-benar berdampak pada kemampuan perusahaan ini dalam membayar utang berdenominasi dolar AS.
Setali tiga uang, sebagian besar pendapatan ataupun pengeluaran BUMI berbentuk dolar AS. Ketika BUMI bisa memperoleh keuntungan selisih kurs, maka hal ini bisa menjadi tambahan modal bagi Bumi Resources untuk membiayai utang valas.
Di luar itu, manajemen BUMI tetap memperhatikan dampak volatilitas rupiah terhadap beban keuangan perusahaan. Terlebih, BUMI masih dalam proses restrukturisasi utang sehingga perusahaan ini lebih berhati-hati untuk berutang di masa mendatang, terutama dalam mata uang asing.
“BUMI belum punya rencana apa pun untuk meningkatkan utang lagi,” tutur Dileep, Jumat (20/3) lalu.
Baca Juga: Golden Energy Mines (GEMS) berupaya mencapai target kinerja 2020
Dikutip laporan keuangan per kuartal III-2019, BUMI memiliki utang usaha dolar AS kepada pihak ketiga sebesar US$ 95,57 juta. Jumlah ini turun 34,07% (yoy) dibandingkan kuartal III-2018 sebesar US$ 144,97 juta.
Secara keseluruhan, utang usaha BUMI hingga kuartal tiga tahun lalu sebesar US$ 123,13 juta atau turun 25,76% (yoy) dari posisi di periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar US$ 165,86 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News