Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Secara teknikal, pergerakan rupiah masih berada di bawah moving average (MA) 200. Meskipun sentimen positif terhadap dolar AS masih akan berlanjut, namun Ady menilai penguatan itu masih sangat terbatas. Untuk indikator RSI, saat ini menuju ke level 70 mengindikasikan bahwa harga sudah di area overbought.
"Kami pikir, harga akan bergerak antara Rp 14.000 per dolar AS dan Rp 14.200 per dolar AS dalam waktu dekat," jelasnya.
Baca Juga: The Fed hawkish, harga emas masih bisa menuju US$ 1.500
Hingga akhir tahun, rupiah diperkirakan masih bergerak terbatas, di mana level Rp 14.000 per dolar AS masih menjadi level kunci. Sehingga, kalaupun ada kemungkinan melemah, rupiah berada di level resistance Rp 14.250 dan Rp 14.500 per dolar AS. Sedangkan untuk potensi support hingga akhir tahun yakni Rp 13.800 hingga Rp 13.600 per dolar AS.
Ady menjelaskan, langkah The Fed memangkas suku bunga acuannya yakni untuk pemulihan roda perekonomian Negeri Paman Sam. Secara luas dan global, pertumbuhan ekonomi masih tertahan dan cenderung melambat, bahkan untuk Zona Euro Ady mengklaim kondisi ekonomi di sangat buruk.
"Adapun yang perlu diwaspadai selanjutnya adalah tensi perang dagang antara AS dengan China yang belum selesai. Tapi kami pikir agak mereda, mengingat sudah memasuki masa kampanye Presiden AS Donald Trump," ungkapnya.
Baca Juga: Pelemahan rupiah bisa ditahan rilis PDB kuartal kedua
Meskipun begitu, Ady menegaskan dampak pemangkasan suku bunga AS jauh lebih terasa bagi pergerakan rupiah. Apalagi, saat rupiah terdepresiasi para importir akan kesulitan. Sehingga, potensi pemangkasan suku bunga lanjutan di akhir tahun perlu diwaspadai.