kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pelemahan rupiah bisa ditahan rilis PDB kuartal kedua


Kamis, 01 Agustus 2019 / 17:21 WIB
Pelemahan rupiah bisa ditahan rilis PDB kuartal kedua


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak tekanan dari sentimen global, kurs rupiah diprediksi masih berada dalam tren pelemahan. Sentimen utama berasal keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang memangkas suku bunga acuannya di akhir Juli 2019. 

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan kurs rupiah Kamis (1/8) terpaksa ditutup melemah di level Rp 14.116 per dolar AS atau melemah 0,67%. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau yang dikenal dengan JISDOR mencatatkan depresiasi sebanyak 72 poin dan membawa rupiah ke level Rp 14.098 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah ditutup melemah 0,67% di level Rp 14.116 per dolar AS  

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan rupiah masih akan berlanjut pada perdagangan akhir pekan ini. Di mana sentimen eksternal masih akan mendominasi pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS, seperti yang terjadi pada perdagangan (1/8).

"Masih karena sentimen eksternal (Besok). Walaupun inflasi tinggi, tapi masih terkendali," kata Ibrahim kepada Kontan, Kamis (1/8).

Baca Juga: PLN meraih suntikan modal Rp 6,5 triliun

Adapun beberapa sentimen eksternal yang masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah, seperti hari ini (1/8) yakni pengumuman The Fed yang memangkas suku bunga acuannya (FFR) sebanyak 25 basis poin (bps) ke level 2% hingga 2,25%. Namun, pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang tidak akan memangkas FFR secara agresif ke depan, justru berhasil membuat dolar AS menguat signifikan. 


Akibatnya rupiah justru tertekan. Sementara itu, pernyataan Powell memicu kekecewaan dari Presiden AS Donald Trump, yang mengharapkan kebijakan moneter tetap longgar. 

Di sisi lain, pasar tengah mempertimbangkan kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit, usai Boris Johnson terpilih sebagai perdana Menteri Inggris. Diperkirakan Inggris bakal keluar tanpa kesepakatan pada 31 Oktober nanti dan tentunya bakal merugikan bagi perekonomian Negeri Ratu Elizabeth tersebut. 

Baca Juga: BI punya ruang turunkan suku bunga lebih lanjut, IMF: Ada syaratnya

Sedangkan dari sentimen internal, Ibrahim menilai data inflasi Juli yang tumbuh 0,31% menjadi 3,32% bergerak di atas ekspektasi pasar. Untungnya, level tersebut masih berada dalam kisaran target inflasi Bank Indonesia (BI) yakni 3,5% plus minus 1%. Sehingga, BI dianggap masih memiliki ruang untuk melakukan pemangkasan suku bunga acuan selanjutnya. 

"Besok kita juga menanti rilis PDB kuartal II yang diperkirakan masih akan positif di 5,1%. Lumayan, ini bisa menahan pelemahan rupiah di penutupan pasar besok," jelasnya. 

Baca Juga: Rupiah dibuka melemah pasca pemangkasan suku bunga The Fed

Untuk pergerakan rupiah di akhir pekan ini (2/8) Ibrahim memperkirakan rupiah masih cenderung melemah, akibat kuatnya sentimen eksternal. Adapun kisarannya, diprediksi bergerak antara Rp 14.090 per dolar AS, hingga Rp 14.150 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×