Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski sempat menguat tipis pada akhir penutupan perdagangan kemarin, pairing (USD/IDR) dibuka melemah ke posisi 9.089 pada Jumat (24/2) pukul 11.14 WIB. Jika dihitung, dalam sepekan rupiah sudah tergerus sebesar 0,65%.
Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI) Taufan Tito menilai, selama beberapa hari terakhir, pelemahan rupiah terhadap dollar AS ditengarai karena adanya aksi capital outflow investor asing. "Hal tersebut terlihat dari terkoreksinya harga saham, di saat pasar regional sudah mulai bangkit, dan turunnya harga obligasi pemerintah," ujarnya, Jumat (24/2).
Sementara, Kepala Divisi Treasury Bank Negara Indonesia (BNI) Nurul Eti Nurbaeti bilang, perlu mewaspadai aksi perusahaan yang masih membeli dollar AS dalam skala besar, dan profit taking investor jelang akhir pekan. "Naiknya level Non Delivery Forward (NDF) rupiah dipasar valuta asing juga merefleksikan terdepresiasinya rupiah," urainya, Jumat (24/2).
Sebagai catatan, pelemahan pada rupiah memang juga terlihat dari naiknya level NDF yang sempat di posisi 9.060 - 9.110 per penutupan Kamis (23/2). NDF merupakan produk derivatif valas yang diperdagangkan secara off the counter atau rupiah yang diperdagangkan di luar negeri.
Adapun, untuk pekan depan, Taufan memprediksi, rupiah masih akan lanjut melemah. Pasalnya, kecenderungan investor asing lebih memilih menunggu kepastian kenaikan harga BBM yang akan ditetapkan pemerintah. Sementara ini, investor terlihat cenderung mengkonversi rupiah mereka ke dollar AS untuk dipindah ke instrumen emas dan euro.
"Rupiah terhadap dollar AS akan bergerak di kisaran 9.070 - 9.120 pada pekan depan," prediksi Taufan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News