kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pefindo prediksi penerbitan surat utang korporasi 2020 lebih tinggi, ini penyebabnya


Selasa, 19 November 2019 / 21:42 WIB
Pefindo prediksi penerbitan surat utang korporasi 2020 lebih tinggi, ini penyebabnya


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi di 2020 lebih tinggi dari penerbitan surat utang korporasi di 2019.

Berdasarkan pemaparan publik, Selasa (19/11), penerbitan surat utang korporasi hingga Oktober 2019 mencapai Rp 116,25 triliun.

Baca Juga: Perusahaan pembiayaan sudah terbitkan surat utang Rp 47,84 triliun per Oktober 2019

Ekonom Pefindo, Fikri C. Permana memproyeksikan, penerbitan surat utang korporasi di akhir tahun ini bisa mencapai Rp 135,2 triliun. Proyeksi tersebut berdasar pada mandat penerbitan surat utang per November yang belum listing sebesar Rp 18,28 triliun.

Sementara, jumlah obligasi jatuh tempo di tahun ini sekitar Rp 113 triliun.

Namun, proyeksi penerbitan surat utang korporasi tersebut memang hanya tumbuh tipis bila dibandingkan dengan total penerbitan surat utang korporasi di tahun lalu yang sebesar Rp 132,42 triliun.  Fikri mengatakan tahun politik menjadi penyebab tertahannya penerbitan surat utang korporasi.

Selain itu, di awal tahun lalu, suku bunga BI seven days reverse repo rate (BI7DRRR) masih dalam posisi rendah dan baru naik di akhir tahun. Alhasil, di awal tahun ini, suku bunga tinggi masih terasa dan baru di semester II suku bunga baru turun.

Baca Juga: Ini strategi bank BUKU III untuk memacu kinerja hingga akhir tahun

Namun, Fikri optimistis penerbitan surat utang korporasi di 2020 bisa lebih banyak dengan target Rp 158,5 triliun. Sentimen positif yang mendorong penerbitan adalah suku bunga acuan sudah turun ke 5%.

Fikri memproyeksikan suku bunga masih lanjut menurun sebesar 50 basis poin (bps) di tahun depan. Dengan begitu, yield bisa ikut turun dan cost of fund korporasi dalam menerbitkan surat utang korporasi jadi lebih rendah.

Sementara itu, Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga, mengatakan, suku bunga BI yang paling rendah adalah di 4,75%, maka di tahun depan ruang penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps.

Baca Juga: Berada di kisaran US$ 1,7 triliun, valuasi Saudi Aramco tak capai target

Namun, Desmon menilai penurunan suku bunga tersebut bersifat terbatas, artinya cost of fund di 2020 cenderung flat.

Fikri menambahkan jumlah surat utang yang jatuh tempo di tahun depan juga lebih tinggi, sekitar Rp 126,4 triliun. Aksi refinancing korporasi akan membantu pertumbuhan surat utang korporasi.

Selain itu, munculnya green bond juga mendukung pertumbuhan surat utang korporasi karena instrumen tersebut mulai dicari investor. Pilihan korporasi dalam menerbitkan surat utang pun makin beragam.

Baca Juga: Berkat Obligasi, Reksadana Pasar Uang Masih Memberikan Cuan

Desmon memproyeksikan, penyerapan atas penerbitan surat utang di tahun depan akan lancar. Apalagi, bila volatilitas pasar saham masih tinggi, minat investor pada pasar surat utang akan tinggi.

Fikri juga mengatakan tidak ada perubahan permintaan yang signifikan di tahun depan. Bahkan, permintaan surat utang korporasi oleh investor asing meningkat dari 5,9% di tahun lalu menjadi 6,5% per Agustus 2019.

"Selain asing terus tambah kepemilikan di surat utang pemerintah, asing juga mulai tertarik dengan obligasi korporasi yang risikonya sudah bisa terukur," kata Fikri.

Di tahun ini, rating surat utang korporasi membaik. Di tahun lalu porsi surat utang korporasi dengan rating AAA mencapai 45%, rating AA porsinya 21,6% dan rating A porsinya 28,7%.

Baca Juga: Perusahaan pembiayaan sudah terbitkan surat utang Rp 47,84 triliun per Oktober 2019

Namun, hingga Oktober porsi surat utang dengan rating AAA naik ke 54%, rating AA porsinya turun ke 19,7% dan rating A porsinya 20,3%.

Kualitas surat utang korporasi juga terus meningkat terlihat dari nilai default rate yang berada di 0,9% di 2018 "Ini jauh lebih rendah dari NLP perbankan," kata Fikri. Di akhir tahun ini, Fikri memproyeksikan default rate bisa turun ke 0,7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×