kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pasokan obligasi korporasi mengalir


Senin, 12 Agustus 2013 / 09:03 WIB
Pasokan obligasi korporasi mengalir
ILUSTRASI. PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) melalui anak usahanya di bidang dermatologi dan estetika, PYFAESTHETIC


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate tak memengaruhi penerbitan obligasi korporasi. Buktinya: Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memproses izin rencana penerbitan obligasi hingga Rp 5,7 triliun.

Obligasi tersebut akan diterbitkan oleh lima perusahaan. Yakni, penerbitan obligasi I PT Profesional Telekomunikasi Indonesia senilai Rp 2,1 triliun, penawaran umum berkelanjutan I tahap I PT Jasa Marga Tbk (JSMR) senilai Rp 2,1 triliun, dan penawaran umum berkelanjutan I tahap I PT Duta Anggada Realty Tbk (DART) senilai Rp 600 miliar.

Selain itu, ada juga penawaran umum berkelanjutan I tahap I PT Surya Artha Nusantara Finance senilai Rp 500 miliar, dan penerbitan obligasi I PT Ciputra Residence senilai Rp 500 miliar.

Direktur BEI Hoesen mengatakan, emiten masih membutuhkan banyak pendanaan untuk ekspansi atau memperkuat permodalan. Tren BI rate tinggi ini justru dimanfaatkan perusahaan untuk mencari pendanaan di pasar modal. Diperkirakan, biaya dana atau cost of fund penerbitan obligasi masih lebih murah ketimbang pinjaman perbankan.

Kondisi ini berbeda bila dibandingkan dengan tren suku bunga rendah. Saat suku bunga rendah, perusahaan lebih memilih untuk mencari pinjaman perbankan. "Sepanjang rencana bisnis perusahaan bagus, kami izinkan masuk ke pasar modal," ujar Hoesen baru-baru ini.

Oleh karena itu, Hoesen optimistis target konservatif penerbitan obligasi tahun ini bisa tercapai. BEI menargetkan nilai penerbitan obligasi bisa tembus Rp 50 triliun.

Sepanjang semester I 2013, total penerbitan obligasi telah mencapai Rp 43,84 triliun dari 40 emiten. Dengan adanya rencana obligasi yang tengah diproses sebesar Rp 5,7 triliun, target tersebut setidaknya telah aman.

Direktur PT Evergreen Capital Rudy Utomo mengatakan, emiten bakal menghitung ulang antara biaya dana yang harus dikeluarkan untuk penerbitan obligasi dan pendapatan perusahaan. Pasalnya, biaya dana untuk membayar kupon kepada investor mengalami kenaikan pascakenaikan BI rate. "Penerbitan obligasi baru cukup berat bagi emiten sehingga mereka akan melakukan kalkulasi ulang," ujar Rudy.

Imbal hasil surat utang negara (SUN) yang menjadi acuan penerbitan obligasi korporasi naik signifikan dibanding setengah tahun lalu. Hampir seluruh imbal hasil SUN acuan naik lebih dari 200 basis poin sejak akhir kuartal I hingga 7 Agustus lalu (lihat tabel).

Presiden Direktur HSBC Securities Hari Mantoro mengatakan hingga kini belum ada emiten yang menunda penerbitan obligasi meskipun inflasi dan BI rate tinggi. Beberapa emiten masih mempersiapkan proses penerbitan obligasi sambil menunggu waktu yang tepat. "Di pipeline yang kami tangani ada tiga emisi lagi yang akan terbit. Sektornya antara lain manufaktur, konsumer, dan ritel," ujar Hari.

Imbal Hasil SUN Acuan
Seri Tenor 29/3/2013 7/8/2013
FR0026 1 tahun 4,23% 6,77%
FR0055 3 tahun 4,72% 7,11%
FR0066 5 tahun 5,02% 7,20%
FR0031 7 tahun 5,33% 7,53%
sumber: Bloomberg
Credit Spread Obligasi Korporasi per Peringkat
(basis poin)
Tenor AAA AA A BBB
1 tahun 119,35 180,58 252,95 499,67
3 tahun 143,44 186,75 264,37 575,07
5 tahun 162,00 205,81 311,30 616,13
7 tahun 177,59 229,97 370,51 647,29
sumber: IBPA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×