Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasca Standard & Poor's (S&P) menaikkan peringkat surat utang domestik ke level investment grade penerbitan medium term notes atawa MTN kian ramai. Analis memprediksi total penerbitan MTN tahun ini akan lebih tinggi ketimbang realisasi 2016 lalu.
Ifan Mohamad Ihsan, Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menjelaskan, wajar saja pada kuartal II-2017 ini penerbitan surat utang jangka menengah akan kembali semarak. Ada dua katalis pendongkraknya.
Pertama, pasca S&P menaikkan peringkat yield obligasi mulai mengalami penurunan sehingga bisa menurunkan tingkat Cost of Fund (CoF). Lihat saja pergerakan yield SUN tenor 10 tahun periode 19 Mei hingga 26 Mei sudah berada di level 6,95%. Sedang, SUN tenor 5 tahun di periode yang sama sudah berada di level 6,70%.
Kedua, kebutuhan pendanaan perusahaan di paruh kedua tahun ini masih terbilang besar sehingga mendorong perseroan untuk menerbitkan MTN sebagai alternatif untuk mencari dana.
IBPA mencatat, per 26 Mei penerbitan MTN telah mencapai Rp 6,16 triliun dari 64 seri. Nominal tersebut lebih tinggi ketimbang realisasi tahun lalu di periode yang sama hanya sebesar Rp 2,9 triliun dari 43 seri.
Ifan menambahkan, secara umum ramainya penerbitan MTN lebih disebabkan oleh kemudahan prosedur dari ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti MTN tersebut tidak wajib memiliki rating, tidak wajib didaftarkan di Bursa serta tidak wajib dititipkan di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
"Dengan begitu, perusahaan bisa memperoleh pendanaan melalui MTN dengan mudah dan proses yang cepat," ujarnya ke KONTAN, Jumat (26/5).
Patut dicatat, menurut Ifan dengan minimnya ketentuan tersebut otomatis MTN merupakan instrumen yang cukup berisiko bagi investor. Hanya saja, biasanya investor sudah mengenal cukup baik pada perusahaan tersebut sehingga mereka percaya untuk investasi di MTN tersebut.
"Namun mereka akan meminta kupon yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan obligasi korporasi yang memiliki karakter sejenis sebagai kompensasi dari risiko yang mereka pegang," paparnya.
Dengan kenaikan rating dari S&P ini, Ifan menilai akan cukup berimbas pada penurunan yield atau kupon MTN, sehingga ini bisa menjadi salah satu yang akan menarik investor jika MTN masih memberikan penawaran yang atraktif.
Ifan memprediksi, total penerbitan tahun ini diperkirakan akan lebih tinggi ketimbang realisasi tahun lalu. Pada 2016 misalnya, jumlah penerbitan MTN mencapai Rp 14 triliun dari 111 seri.
"Beberapa institusi juga sudah diperbolehkan untuk mengoleksi MTN ke dalam portofolio investasinya, walaupun dengan berbagai syarat hal ini tentu menjadi katalis untuk penerbitan surat utang jangka menengah ke depannya," ucap Ifan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News