Reporter: Aris Nurjani | Editor: Noverius Laoli
Adapun, secara year to date 2023 per 16 Februari 2023, IHSG naik 0,66%, jika dibandingkan bursa kawasan asia, menjadi yang kedua terendah setelah indeks India (Nifty 50) yang turun 0,06%.
Sedangkan indeks Nikkei 225 naik 7,70%, Indeks Shanghai Composite naik 4,25%, Indeks Hang Seng naik 4,18% dan indeks Straits Times naik 2,02%.
Sementara, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menjelaskan efek kebijakan tersebut berdampak positif untuk jangka pendek. Namun pasar masih akan melihat sentimen eksternal lainya.
"Efeknya sementara karena pasar masih melihat sentimen eksternal dari The Fed dimana nanti akan ada FOMC meeting," jelasnya.
Baca Juga: BI Catat Nilai Transaksi Digital Banking Tembus Rp 4.900 Triliun pada Januari 2023
Sebelumnya inflasi di AS tercatat melambat di level 6,4% pada Januari 2023 dibandingkan Desember 2022 sebesar 6.5%, namun perlambatan tersebut masih di atas perkiraan pasar sebesar 6,2%. Sehingga kondisi ini membuat pasar masih akan melakukan wait and see terlebih dahulu.
Sukarno mengatakan IHSG dapat menguat jika hasil FOMC meeting bergerak ke arah dovish, namun sebaliknya IHSG dapat turun jika The Fed bergerak hawkish.
"Secara pergerakan IHSG saat ini masih cenderung bergerak sideways yang menggambarkan pasar sedang melakukan wait and see terlebih dahulu dan saham-saham perbankan akan berdampak positif untuk jangka pendek," tuturnya.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Pilihan dari para Analis untuk Hari Ini (16/2)
Dengan adanya sentimen tersebut, Sukarno memperkirakan IHSG akan berada di level 6.693-7.032 dalam kuartal 1 2023. Sementara hingga akhir tahun akan berada di rentang 7.048-7385.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News