Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 menjadi lebih rendah ketimbang perkiraan semula. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi 4,2%-4,6%.
Padahal sebelumnya, bank sentral meramal pertumbuhan ekonomi domestik bisa berada di kisaran 5,0% - 5,4%. Pemangkasan target pertumbuhan ekonomi itu dilakukan sejalan dengan meluasnya penyebaran virus corona atau Covid-19.
Baca Juga: IHSG meroket, ini penyebabnya menurut Gubernur BI
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan sekarang ini hampir semua emiten mengalami tekanan akibat dari Covid-19. Kebijakan yang diambil untuk mengantisipasi Covid-19 dengan social distancing hingga lockdown memukul kegiatan bisnis emiten.
Namun, ia menilai ada beberapa sektor yang mampu bertahan di tengah kondisi ekonomi yang sedang tertekan ini. Misalnya sektor barang konsumsi atau consumer goods karena masih tetap dibutuhkan dalam kondisi apapun.
“Penjualan masih tetap ada, di kondisi saat ini masih bisa melakukan penjualan secara online,” ujarnya pada Kontan.co.id, Kamis (26/3).
Selanjutnya Hans juga berpendapat sektor farmasi masih menarik karena permintaan atas produk-produknya terus tumbuh tengah penyebaran virus korona ini. Terakhir, ada emiten sektor perbankan yang dinilai masih menarik. “Karena bagaimana pun juga perbankan itu merupakan backbone ekonomi kita,” tambahnya.
Baca Juga: Koreksi IHSG kian terbatas, Bahana Sekuritas sarankan mulai beli saham-saham murah
Makanya, meski perbankan tertekan lantaran adanya anjuran untuk menunda tagihan kredit tapi sektor ini akan kembali bangkit setelah Covid-19 berlalu. Hans memperkirakan emiten masih cukup mengalami tekanan hingga semester pertama tahun ini dan bisa mendorong kinerja di semester selanjutnya.
Ia menjagokan saham-saham dari sektor perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan Bank Mandiri (BMRI).
Kemudian saham pilihan dari sektor consumer goods meliputi PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
Baca Juga: Karena Korona: How Low Can It Go, IHSG?
Dan dari sektor farmasi ada saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
Secara valuasi, Hans bilang, saham-saham tersebut sudah terbilang mudah dan pelaku pasar bisa mempertimbangkan untuk melakukan akumulasi beli.
Dari awal tahun, Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami tekanan hingga terkoreksi 30,76%. Pada perdagangan Kamis (26/3) pukul 15.45, IHSG bangkit 10,53% ke level 4.350,88.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News