kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar sekunder SUN akan semakin marak


Kamis, 04 Desember 2014 / 08:30 WIB
Pasar sekunder SUN akan semakin marak
ILUSTRASI. Subscribe with google, Unlimited Business Insight


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tahun depan, nilai emisi surat utang negara (SUN) ritel akan menipis. Nilai tersebut bisa kembali menyusut jika pemerintah memangkas kebutuhan penerbitan SUN bruto tahun 2015 pada pengajuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015  awal tahun depan.

Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kemenkeu Robert Pakpahan mengatakan, porsi penerbitan SUN ritel 2015 hanya 9% dari penerbitan SUN gross di APBN-P 2014 sebesar Rp 431 triliun. Ini berarti, tahun depan nilai emisi SUN ritel hanya Rp 38,8 triliun.

Nilai itu anjlok 9,56% dibandingkan realisasi penerbitan SUN ritel 2014 yang mencapai Rp 42,9 triliun. Angka tersebut setara 10% penerbitan SUN gross dalam APBN-P 2014. Pencapaian itu berasal dari penerbitan SUN ritel sepanjang 2014 yakni Obligasi Negara Ritel seri ORI011, Sukuk Ritel seri SR006 yang masing-masing bertenor tiga tahun serta saving bond seri SBR001 yang bertenor satu tahun.

Pemerintah tengah berusaha memangkas rata-rata tenor SUN tahun depan menjadi 8,7 tahun. "Rata-rata tenor SUN yang kami terbitkan per tahun 2014 ini sekitar 10,55 tahun. Bagi kami, itu terlalu panjang," ungkap Robert.

Untuk memenuhi target tersebut, Direktur Strategis dan Portofolio Utang DJPU Schneider Siahaan menambahkan, pemerintah akan menerbitkan SUN konvensional maupun sukuk di lelang dengan tenor yang bervariasi. "Sedangkan di SUN ritel, sudah ada pasarnya, investor ingin tenor tiga tahun. Mungkin tenor SUN ritel tak kami ubah, tapi size-nya disesuaikan," ujar Schneider.

Menurut dia, penerbitan SUN gross di APBN-P 2015 bisa saja turun hingga Rp 50 triliun menjadi sekitar Rp 380 triliun. Dengan asumsi ini, total emisi SUN ritel tahun 2015 bisa menciut lagi menjadi Rp 35 triliun.

Analis obligasi Sucorinvest Central Gani Ariawan menilai, minat investor terhadap SUN ritel pada tahun 2015 masih tinggi. "Sekarang ada tren pertumbuhan dana perbankan. Artinya investor ritel masih kelebihan likuiditas dan sedang mencari instrumen investasi," ujar Ariawan.

Dengan pemangkasan nilai emisi SUN ritel di 2015, Ariawan menilai, hal itu mendorong tingkat penawaran di masing-masing seri, khususnya ORI012 dan SR007 yang  dipastikan terbit tahun depan. Dia menduga, pada masa penawaran itu, baik ORI012 maupun SR007 akan kelebihan penawaran alias oversubscribes 120%-130% dari target indikatif.

Meski nilai emisi menipis, kupon yang ditawarkan pemerintah di setiap seri diprediksi tak menurun. Sebab, SUN ritel harus bersaing dengan instrumen investasi lain, seperti deposito. Ariawan memprediksi, kupon SUN ritel nanti tak jauh berbeda dengan bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS rate).

Fixed Income Analyst BNI Securities, I Made Adi Saputra juga memprediksi, kupon SUN ritel tahun depan masih di atas LPS rate. Pemerintah tetap mengambil kebijakan ini untuk pendalaman pasar. Meski demikian, lanjut Made, investor perlu melihat apakah realisasi tingkat kupon bersaing dengan bunga deposito.

Berkurangnya nilai emisi SUN ritel di 2015 bisa mendorong investor memburunya di pasar sekunder. Ariawan menilai, kondisi itu mengerek harga SUN ritel di pasar sekunder dan meningkatkan likuiditas.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×