kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Pasar Saham Sedang Volatile, Begini Saran Analis untuk Para Investor


Kamis, 10 April 2025 / 09:54 WIB
Pasar Saham Sedang Volatile, Begini Saran Analis untuk Para Investor
ILUSTRASI. IHSG sedang dalam keadaan volatile akibat sentimen dari pasar global membuat para investor kesulitan


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpantau sepi pada perdagangan Rabu (9/3). Kondisi ini terjadi sehari setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas 7,90% di hari pertama perdagangan setelah libur Lebaran 2025 pada Selasa (8/3).

Koreksi IHSG pun berlanjut hingga kemarin. Di mana, IHSG turun 28,15 poin atau terkoreksi 0,47% ke level 5.967,98 pada penutupan perdagangan pada Rabu (9/3). 

Sebanyak 307 saham turun menekan laju IHSG, sementara 298 saham lainnya menguat dan 188 saham stagnan. Dana asing tercatat keluar sebanyak Rp 1,05 triliun di pasar reguler kemarin.

Total volume perdagangan saham di BEI pada Rabu mencapai 18,16 miliar dengan nilai transaksi Rp 11,77 triliun. 

Namun, IHSG berhasil rebound pada perdagangan hari ini (10/4). Di mana, IHSG langsung melejit 265,1 poin atau 4,45% ke 6.233,404.

Analis Infovesta Utama, Ekky Topan melihat, investor saat ini lebih ke berhati-hati dan meminimalisasi risiko, karena kondisi ekonomi global sedang kurang baik.

Baca Juga: IHSG Dibuka Melonjak 4% ke 6.233 di Hari Ini (10/4), Seluruh Saham LQ45 Menguat

“Sehingga, banyak investor yang cenderung menyiapkan cash untuk nanti kembali ke pasar modal,” katanya kepada Kontan, Rabu (9/10).

Di sisi lain, emiten di bursa tercatat masih mempertimbangkan untuk melakukan pembelian kembali alias buyback saham.

Asal tahu saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengizinkan emiten untuk melakukan buyback saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai penawar volatilitas pasar ekuitas.

Sampai Selasa (8/4) kemarin, sudah ada 16 emiten yang menyampaikan akan melakukan buyback saham.

Menutur Ekky, emiten tentu akan berhati-hati dalam memutuskan apakah akan melakukan buyback saham atau tidak. Langkah itu memang bisa menjadi salah satu cara menstabilkan harga saham di kondisi saat ini.

Buyback juga memberi sentimen positif bagi investor, karena memberikan gambaran bahwa manajemen peduli, sehingga dapat menaikkan kepercayaan,” ungkapnya.

Meskipun begitu, ketentuan buyback sebenarnya berbenturan soal pajak, karena dapat menurunkan porsi kepemilikan publik. 

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham dan Proyeksi Pergerakan IHSG untuk Hari Ini (10/4)

Sementara, selama ini perusahaan terbuka yang tercatat di BEI dapat memperoleh penurunan tarif PPh Badan (corporate income tax) sebesar 3% selama memenuhi persyaratan. Salah satu persyaratannya adalah dengan kepemilikan publik di atas 40% dan dimiliki minimal oleh 300 pemegang saham yang kepemilikannya tidak melebihi 5%. 

Selain emiten, para pemegang saham juga dapat melakukan jual-beli atas sahamnya di BEI dengan tarif pajak hanya 0,1% selama memenuhi ketentuan yang berlaku.

Ekky melihat, insentif pajak ini memang menjadi dilema bagi emiten. Jika emiten terlalu agresif melakukan buyback dan kepemilikan publik turun di bawah batas tersebut, maka insentif pajak tersebut bisa hilang.

Bagi beberapa emiten, insentif ini cukup signifikan untuk efisiensi keuangan jangka panjang. Namun, pada kasus saat ini, Ekky mengaku belum mencari tahu terkait emiten mana saja yang berada pada ambang batas tersebut.

“Tapi, perusahaan mungkin juga tidak akan beli jor-joran ketika buyback saham,” katanya.

Investor pun disarankan untuk wait and see terlebih dulu atau melakukan pembelian bertahap. Fokusnya bisa pada emiten yang punya rekam jejak berbalik arah setelah krisis, seperti emiten bluechip, bank, dan consumer goods.

Hal ini lantaran volatilitas tak hanya terjadi di pasar saham Indonesia, tetapi juga di hampir seluruh pasar modal dunia. Investor di seluruh dunia pun akhirnya sama-sama cenderung wait and see.

“Sektor banking biasanya yang leading pertama kali saat market berbalik arah nanti, karena bobotnya (yang besar terhadap indeks). Nanti baru diikuti sektor lain,” ujarnya.

Selanjutnya: Lo Kheng Hong Dapat Dividen Rp 13,47 M dari Saham Blue Chip, Hari Ini (10/4) Cum Date

Menarik Dibaca: Daftar Promo Hokben Hemat Tebus Murah April, Ragam Menu Spesial Mulai Rp 5.000 Saja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×