Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Adapun untuk memperkuat penjualan VICI di offline sekaligus menutupi turunnya penjualan di pusat perbelanjaan, Billy menjelaskan perusahaan juga melakukan inovasi dengan membuka gerai Oemah Herborist di rest area jalan tol. Mengingat, saat ini masyarakat cenderung memilih berpergian jauh menggunakan transportasi darat dibandingkan jalur udara.
Untuk itu, VICI sudah melakukan tes pasar pada November-Desember 2020 dengan membuka gerai Oemah Herborist di Tangerang, Cikampek, hingga ke rest area jalan tol Surabaya. Ketiga gerai ini akan lanjut dibuka pada 2021. "Untuk booth penjualan dan event promosi secara rutin juga dilakukan terutama pada saat musim ramai kendaraan, seperti pada saat musim liburan," ungkap Billy.
Selain itu, VICI juga akan menambah saluran distribusi ke beberapa wilayah dan membuka area distribusi baru ke Indonesia timur, mengingat pasarnya yang masih luas. Tidak hanya itu, VICI juga akan mendorong penjualan lewat kanal digital, terutama e-commerce.
"Kami juga secara aktif akan menggandeng influencer kecantikan, terutama karena target segmen VICI untuk millennial yang fokus melihat produk kami melalui media sosial," kata Billy.
Baca Juga: Victoria Care (VICI) bidik pertumbuhan penjualan hingga 25% pada 2021
Untuk mengantisipasi kenaikan permintaan pada produk-produknya, VICI menganggarkan capital expenditure (capex) senilai Rp 100 miliar pada tahun 2021. Sebesar 15%-20% capex akan digunakan untuk menambah pergudangan dan sekitar 80% untuk menyicil pembangunan pabrik baru demi meningkatkan kapasitas produksi.
Nantinya, pabrik baru akan dibangun di lahan sebesar 1,3 hektare yang masih tersisa di area pabrik yang sudah ada. Menurut Billy, penyelesaian pabrik anyar ini memerlukan waktu dua tahun.
Meskipun begitu, kapasitas yang ada saat ini masih mencukupi karena utilisasinya masih di kisaran 68%-70%. Asal tahu saja,, kapasitas pabrik VICI untuk produk kosmetik berjumlah 140 juta buah per tahun dan kapasitas produk Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) sebanyak 40 juta buah per tahun.
Sebagai informasi, perusahaan yang berdiri pada 2007 ini menawarkan rangkaian produk, seperti lulur, body butter, minyak zaitun, lotion, sabun, masker wajah, vitamin rambut, pewarna rambut, sampo, dan lain-lain.
Baca Juga: Siapkan capex Rp 100 miliar di 2021, Victoria Care (VICI) nyicil bangun pabrik baru
Victoria Care memiliki tujuh merek, yaitu Herborist (produk perawatan tubuh dengan konsep natural), Miranda (produk pewarna dan juga perawatan rambut), Victoria (produk perawatan tubuh dan wewangian tubuh berkonsep praktis dan modern), Sixsence (produk pewangi tubuh untuk remaja), Iria (produk perlengkapan mandi dari bahan susu kambing), Nuface (produk masker perawatan wajah dan kapas kecantikan), dan CBD (produk perawatan dan pewarna rambut yang digunakan para hairdresser profesional). Belum lama ini, Victoria Care juga memproduksi hand sanitizer dengan merek Herborist dan disinfektan Secret Clean.
Saat ini, Victoria Care memiliki jaringan distribusi produk dari Aceh hingga Papua dan jaringan global ke beberapa negara di Asia dan Timur Tengah. Negara tujuan ekspor utama di Asia adalah Jepang, China, Korea, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Hong Kong.
Victoria Care memiliki lima kantor cabang, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar, serta 30 distributor. Produk Victoria Care dijual melalui lebih dari 60.000 pengecer tradisional, lebih dari 9.000 pengecer modern, dan lebih dari 3.000 pedagang grosir tradisional, dan lain-lain. Menurut Billy, kedekatan dengan pedagang lokal menjadi keunggulan distribusi dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya terutama produk-produk dari luar negeri.
Baca Juga: Victoria Care Indonesia (VICI) bakal dongkrak market share pewarna rambut Miranda
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News