kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar nikel mentereng, PAM Mineral (NICL) bidik kenaikan laba bersih hingga 263,46%


Jumat, 09 Juli 2021 / 21:29 WIB
Pasar nikel mentereng, PAM Mineral (NICL) bidik kenaikan laba bersih hingga 263,46%
ILUSTRASI. Pencatatan perdana saham PT PAM Mineral Tbk.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pendatang baru, PT PAM Mineral Tbk (NICL), memasang mode optimistis tahun ini. Emiten tambang nikel ini menargetkan meraup laba bersih sebesar Rp 103,41 miliar pada 2021. Ini berarti, target laba bersih tersebut melesat 263,46% dari realisasi laba pada tahun 2020 yang hanya Rp 28,45 miliar.

Dari sisi penjualan, volume penjualan diproyeksikan mencapai 1,30 juta metric ton (MT) pada tahun ini, naik 87,04% dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metric ton.

“Target pertumbuhan atas dasar alternatif produk yang akan disiapkan oleh perseroan, dengan didukung adanya market yang lebih bervariatif,” terang Suhartono, Sekretaris Perusahaan PAM Mineral kepada Kontan.co.id, Jumat (9/7) malam.

Baca Juga: Siapkan capex hingga US$ 80 juta, simak rencana kerja Archi Indonesia (ARCI) di 2021

Suhartono mengatakan, penjualan selama ini dilakukan kepada sejumlah pihak, seperti PT Virtue Dragon, PT Indoferro, dan PT Sulawesi Mining Investment (Tsing Shan Group).

Namun, pasar nikel akan semakin terbuka lebar seiring dengan berkembangnya industri pengolahan (smelter) dan alternatif produk yang dihasilkan oleh NICL. Hal ini menjadi peluang bagi NICL.

Adapun kebijakan NICL dalam aspek pasar adalah tetap menyuplai pelanggan-pelanggan utama, dengan menyasar alternatif industri smelter baru seperti PT Huayue Nickel Cobalt dan PT  Gunbuster Nickel Industry.

Dari sisi produksi, NICL dan entitas anak ditargetkan mampu memproduksi 1,5 juta metrik ton nikel, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB).

Baca Juga: Optimis kinerja bertumbuh sampai akhir 2021, begini strategi Buyung Poetra Sembada

Suhartono merinci, pada tahun 2020, NICL belum berproduksi dan hanya entitas anak yang telah melakukan aktivitas produksi, yakni sebesar 800.000 metrik ton.  Saat ini, NICL telah melakukan perbaikan dan pembuatan infrastruktur, berupa mess office, laboratorium, dan tempat preparasi sample, instalasi listrik, dan genset.

NICL juga telah melakukan sosialisasi produksi dengan pihak Bupati dan juga masyarakat lingkar tambang, serta telah melakukan penambahan beberapa karyawan untuk mendukung kegiatan produksi melalui proses rekrutmen untuk engineer di bagian mine plan engineer, surveyor, geologist, mine operation, analyst, dan kepala laboratorium.

Dalam keterangan resminya, Ruddy Tjanaka, Direktur Utama NICL menyebut prospek komoditas nikel ke depan masih cukup cerah, salah satunya disokong oleh sentimen pengembangan industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Dia bilang, pangsa pasar (market share) untuk kendaraan listrik  akan meningkat dari 2,5% pada tahun 2019 menjadi 10% pada tahun 2025 mendatang. Bahkan, market share untuk industri kendaraan listrik diprediksi akan meningkat menjadi 28% di tahun 2030 dan 58% di tahun 2040.

Pada tahun 2019, konsumsi nikel untuk bahan baku baterai mencapai 7% dari total konsumsi global. Diperkirakan pada tahun 2022, permintaan nikel akan melebihi pasokan/supply yang ada.

Baca Juga: Hingga kuartal I 2021, Buyung Poetra (HOKI) sudah serap capex sebesar 50%

“Ini potensi yang besar bagi PAM Mineral untuk bertumbuh mengingat saat ini baru sebagian kecil dari area yang dieksploitasi,” terang Rudy., Jumat (9/7)

Saham NICL resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat (9/7).  NICL melepas 2  miliar saham kepada publik, setara dengan 20,7% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga Rp 100 per saham dalam gelaran penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Dari aksi korporasi ini, NICL menerima dana segar sebesar Rp 200 miliar. Dana hasil IPO ini akan difokuskan untuk pengembangan usaha.

Selanjutnya: Gajah tunggal (GJTL) memperoleh fasilitas pinjaman Rp 1,45 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×