Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Dalam keterangan resminya, Ruddy Tjanaka, Direktur Utama NICL menyebut prospek komoditas nikel ke depan masih cukup cerah, salah satunya disokong oleh sentimen pengembangan industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Dia bilang, pangsa pasar (market share) untuk kendaraan listrik akan meningkat dari 2,5% pada tahun 2019 menjadi 10% pada tahun 2025 mendatang. Bahkan, market share untuk industri kendaraan listrik diprediksi akan meningkat menjadi 28% di tahun 2030 dan 58% di tahun 2040.
Pada tahun 2019, konsumsi nikel untuk bahan baku baterai mencapai 7% dari total konsumsi global. Diperkirakan pada tahun 2022, permintaan nikel akan melebihi pasokan/supply yang ada.
Baca Juga: Hingga kuartal I 2021, Buyung Poetra (HOKI) sudah serap capex sebesar 50%
“Ini potensi yang besar bagi PAM Mineral untuk bertumbuh mengingat saat ini baru sebagian kecil dari area yang dieksploitasi,” terang Rudy., Jumat (9/7)
Saham NICL resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat (9/7). NICL melepas 2 miliar saham kepada publik, setara dengan 20,7% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga Rp 100 per saham dalam gelaran penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
Dari aksi korporasi ini, NICL menerima dana segar sebesar Rp 200 miliar. Dana hasil IPO ini akan difokuskan untuk pengembangan usaha.
Selanjutnya: Gajah tunggal (GJTL) memperoleh fasilitas pinjaman Rp 1,45 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News