Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencarian dana segar di pasar modal masih menggeliat. Hal ini nampak dari banyaknya perusahaan yang mengantre untuk masuk bursa saham Indonesia.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menuturkan, per 9 Juni 2023 terdapat 43 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Berdasarkan klasifikasi aset perusahaan jika merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, sebanyak empat perusahaan memiliki aset skala kecil, dengan nilai aset di bawah Rp 50 miliar.
Sebanyak 27 perusahaan dengan aset skala menengah, yakni dengan nilai aset antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, dan sebanyak 12 perusahaan aset skala besar, dengan aset di atas Rp 250 miliar.
Sementara itu, dengan tercatatnya PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) pada perdagangan Senin (21/6), maka jumlah emiten yang tercatat di BEI sepanjang tahun ini menjadi 43 emiten.
Shandy, Vice President Investment Banking Shinhan Sekuritas Indonesia menilai, dengan adanya sejumlah perusahaan yang sudah memulai periode bookbuilding pada situs e-ipo, target BEI untuk membawa 57 perusahaan IPO tahun ini kemungkinan besar akan tercapai.
Baca Juga: IPO Graha Mitra Asia (RELF) Catatkan Oversubscribed 6,28 Kali
Menurut Shandy, prospek IPO tahun ini didukung dengan diimplementasikannya sistem e-IPO. Sehingga, calon investor yang berminat untuk membeli saham-saham IPO memiliki kemudahan untuk mengakses data maupun akses untuk melakukan pemesanan.
“Bagi calon perusahaan tercatat, hal ini dapat membuat nama perusahaan lebih dikenal dan mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan perusahaan,” kata Shandy kepada Kontan.co.id, Rabu (21/6).
Sementara itu, Direktur Utama Surya Fajar Sekuritas Steffen Fang menilai, meski suku bunga saat ini melandai, namun pendanaan di pasar modal masih akan menarik bagi perusahaan. Steffen menilai pendanaan melalui pasar modal lebih mudah dibandingkan dengan melalui pinjaman perbankan, yang harus mengagunkan aset.
Di sisi lain, tantangan datang dari masih kecilnya minat masyarakat untuk berinvestasi di saham dibandingkan dengan instrumen lain seperti tabungan bank. “Sehingga, saham sebagai pilihan investasi kurang diminati masyarakat,” kata Steffen.
Kokoh Jelang Pemilu
Proyeksi Steffen, tahun ini pasar IPO akan dipenuhi oleh perusahaan yang berkaitan dengan suku bunga, yakni perusahaan properti dan perbankan.
Kedua perusahaan di sektor ini diuntungkan dengan melandainya tingkat suku bunga, sehingga memungkinkan perusahaan properti dan perbankan melakukan ekspansi bermodalkan pendanaan dari pasar modal.
Sementara Shandy menilai sektor usaha yang akan melakukan IPO pada tahun ini akan sangat beragam. Memang dia akui, gencarnya penggunaan kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) cukup mendukung kinerja pertambangan nikel.
“Namun masih harus memperhatikan kesiapan dari pemilik tambang nikel untuk melakukan IPO dan menimbang pro kontra yang lebih baik antara melakukan IPO atau mencari pendanaan sebagai perusahaan tertutup,” kata Shandy.
Baca Juga: Palm Co Direncanakan IPO pada Tahun Ini, Begini Komentar PTPN Group
Menjelang tahun politik, Steffen melihat pasar modal tahun 2024 akan bertumbuh. Sebab, suksesi kepemimpinan di tanah air diproyeksi akan berlangsung secara halus dan tanpa gejolak.
Pasar pun sudah memprediksi arah dari visi dan misi yang akan dibawa oleh bakal calon investor. Iklim politik pun diproyeksi akan kondusif, sehingga momentum pemilu dinilai tidak akan berdampak negatif terhadap pasar modal.
“Sehingga, dari segi jumlah emiten maupun jumlah investor masih akan tumbuh di tahun 2024,” kata Steffen.
Toh, Surya Fajar Sekuritas masih optimistis untuk membawa 7 sampai 8 perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana.
Sebagai gambaran, tahun lalu Surya Fajar Sekuritas membawa tiga perusahaan untuk IPO, yakni PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON), PT Arsy Buana Travelindo Tbk (HAJJ), dan PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ).
Pun Shandy mengklaim terdapat sejumlah perusahaan yang masuk dalam pipeline IPO Shinhan Sekuritas. Namun, Shandy tidak menyebut secara rinci jumlah perusahaan yang dikantongi. Shinhan Sekuritas masih mengkaji lebih jauh calon-calon perusahaan yang ingin IPO baik secara kesiapan dari perusahaan tersebut maupun dari calon investor.
“Untuk sektor maupun aset pada saat ini masih beragam, namun kebanyakan dari sektor aset kecil dan menengah,” tutup Shandy.
Baca Juga: IPO VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) Oversubscribed Hingga 38 Kali
Sementara itu, di tahun 2023 ini BNI Sekuritas akan membawa sejumlah perusahaan untuk melakukan penawaran umum saham perdana dengan total aset mencapai US$ 3 miliar. Calon emiten ini datang dari sektor pertambangan, ritel dan properti.
“Rata-rata setiap perusahaan yang kami bantu memiliki aset di atas US$ 200 juta,” kata Agung Prabowo, Direktur Utama BNI Sekuritas.
Pada tahun 2022, BNI Sekuritas telah berhasil membantu beberapa perusahaan untuk melakukan IPO antara lain PT Tera Data Indonusa Tbk (AXIO), PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN), dan PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA).
Direktur Utama Panca Global Sekuritas Arif Thenu menyebut saat ini pihaknya mengantongi tiga mandat perusahaan yang akan melakukan IPO. Ketiga emiten ini berasal dari sektor properti, konstruksi, dan juga teknologi, dengan klasifikasi aset kecil menengah.
"Ketiga perusahaan ini akan IPO tahun ini," kata Arif, kemarin (20/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News