kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pasar lokal waspadai konflik AS-Korut


Senin, 14 Agustus 2017 / 11:40 WIB
Pasar lokal waspadai konflik AS-Korut


Reporter: Dede Suprayitno, Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Gesekan antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara turut membayangi pasar modal Indonesia. Sebab, stabilitas kedua negara sangat membawa pengaruh bagi kondisi pasar global termasuk Indonesia.

"Jika orang hebat berantem, maka akan membingungkan negara lain. Tercipta ketidakpastian. Pasar modal sangat rentan terhadap ketidakpastian," ungkap Direktur Utama BEI Tito Sulistio, Minggu (13/8).

Akhir pekan lalu, pelaku pasar modal sudah merespons negatif konflik AS-Korut. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rontok 1%. Pergerakan IHSG seirama dengan kejatuhan pasar modal di Asia Pasifik dan Eropa.

Di saat yang sama, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 1,15 triliun di BEI. Dalam sebulan terakhir, total net sell asing mencapai Rp 8,29 triliun dan selama tiga bulan nilainya sebanyak Rp 18,29 triliun. "Tapi, kerap orang lain melihat ini adalah peluang untuk masuk," ujar Tito.

Pasar modal negara kita juga masih rentan terhadap volatilitas nilai tukar mata uang. Ini turut membikin cemas investor asing untuk masuk ke Indonesia. "Untuk Volatilitas, tidak ada yang bisa kami lakukan, karena semua itu kembali kepada market," tambah Tito.

Sejumlah analis dan pelaku pasar domestik juga mulai mewaspadai kemungkinan terburuk konflik AS-Korut. "Jika melihat kondisi seperti ini ditambah siklus 10 tahunan, hal tersebut memang agak ketar-ketir juga," ujar Heryanto, Managing Director Gema Mulia, salah satu komunitas saham di Indonesia, Sabtu (12/8) pekan lalu.

Heryanto menyarankan, investor sebaiknya berjaga-jaga dan mulai mengurangi portofolio saham. Menurut dia, simpanan cash lebih aman saat ini. Meski demikian, ia optimistis dengan fundamental Indonesia.

Masih kuat

Sementara Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, tidak mau terburu-buru menilai konflik geopolitik ini bisa menekan pasar Indonesia. Hal itu mesti dilihat lebih luas. Bila ketegangan berlarut-larut, kemungkinan ada efek domino yang bisa menekan mata uang rupiah. "Namun yang harus digarisbawahi adalah, makro Indonesia cukup kuat dan menjadi penopang rupiah," katanya yang menilai efek konflik hanya sementara.

Memang, Asep Muhammad Saepul Islam, pendiri komunitas saham Syariah Saham, bilang, gesekan AS-Korut bisa menekan pasar komoditas. Tapi, dia tidak merisaukannya. Ia lebih melihat fundamental emiten termasuk laporan keuangannya.

Konflik apapun, menurut Asep, jika emiten masih mencetak laba, kenapa tidak masuk. "Kita bisa menambah lagi aset di saham," tutur dia,yang menganggap ketegangan global tak begitu menyita perhatiannya. Asep memiliki 50% lebih portofolio saham di sektor penunjang konstruksi.

Pelaku pasar sepakat, fundamental pasar modal Indonesia masih cukup kuat. Selain jumlah investor bertambah, saat ini aset di pasar modal kita terus bertumbuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×