Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak selamanya initial public offering (IPO) di BEI berjalan sesuai harapan. Faktanya, tiga dari tujuh perusahaan yang baru saja go public di awal tahun ini memangkas porsi saham IPO.
Ketiga emiten tersebut adalah Indah Prakasa Sentosa (INPS), Tridomain Performance Materials (TDPM) dan Gihon Telekomunikasi Indonesia (GHON). INPS mengurangi porsi saham IPO yang semula 200 juta saham menjadi 150 juta saham.
Selanjutnya, TDPM menurunkan porsi saham IPO menjadi 1,802 miliar saham atau 17,19% total saham. Sebelumnya, emiten ini berniat menawarkan 40% saham IPO. Sedangkan GHON menurunkan saham IPO menjadi 152,8 juta saham dari sebelumnya menjual 200 juta saham.
Penjamin emisi IPO TDPM, Sinarmas Sekuritas, menyebutkan, penurunan dilakukan lantaran pasar cukup volatil. Jadi, sebelum bookbuilding, TDPM menurunkan porsi saham. "Kondisi pasar tidak stabil, lebih baik menjaga harganya," ungkap Associate Director Sinarmas Sekuritas Harta Setiawan, Senin (9/4) lalu.
Namun beberapa perusahaan yang akan go public di BEI masih optimistis saham IPO mereka bakal terserap pasar. Asuransi Tugu Pratama Indonesia, misalnya, optimistis saham IPO akan terserap lantaran perusahaan itu memiliki fundamental yang bagus.
Optimisme yang sama diungkapkan MNC Studio International, anak usaha Grup MNC, yang kemarin menggelar mini expose IPO di BEI. "Kami adalah perusahaan konten dan dibutuhkan semua platform. Prospeknya sangat bagus," klaim Ella Kartika, Presiden Direktur MNC Studio International, Rabu (11/4). Perusahaan ini juga membuka opsi penawaran di luar negeri, meski yang diutamakan adalah investor Indonesia.
Direktur Danareksa Sekuritas Boumediene H. Sihombing mengatakan, hingga kini belum ada perusahaan di pipeline IPO mereka yang membatalkan rencana go public lantaran porsi IPO tak terserap sempurna. Namun pihaknya tengah mengamati hal ini. "Kami akan selalu observasi," tutur Boumediene, kemarin.
Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menilai, skala yang cukup besar membuat beberapa IPO tak bisa terserap dengan baik. Lagipula jadwal beberapa IPO saling berdekatan, sehingga investor mesti memilih. "Valuasi juga menjadi masalah, karena investor akan membandingkannya," kata dia, kemarin.
Faktor lain yang mempengaruhi IPO adalah profil investor. Sebab, sikap investor akan berbeda menyikapi IPO perusahaan BUMN dan non- BUMN. Pemangkasan saham IPO tiga emiten tadi juga tak lantas membuat perusahaan lain bernasib sama. Ini karena sektor dan profilnya berbeda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News