Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bullish Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut mengerek rata-rata transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data BEI, hingga Jumat (17/11) pekan lalu, rata-rata volume transaksi harian di BEI mencapai 11,52 miliar saham.
Jumlah ini menanjak 47% dibandingkan rata-rata volume transaksi harian BEI pada 2016 sebanyak 7,82 miliar saham. Hal ini diiringi kenaikan rata-rata frekuensi transaksi harian di BEI.
Hingga akhir pekan lalu, rata-rata frekuensi transaksi harian di BEI mencapai 312.454 kali. Angka ini naik 18% dibanding rata-rata frekuensi transaksi harian di 2016.
Namun, nilai rata-rata transaksi BEI tahun ini cuma sebesar Rp 7,37 triliun. Jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan realisasi sepanjang 2016, yakni senilai Rp 7,50 triliun.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, kenaikan volume dan frekuensi transaksi harian di BEI terjadi lantaran pasar dalam keadaan bullish. Setelah amnesti pajak usai, investor lokal di BEI menjadi lebih dominan.
Saat ini, jumlah investor baru di bursa saham juga meningkat. Dengan indikasi daya beli turun dan masyarakat cenderung lebih memilih investasi, tak heran bila volume transaksi IHSG naik.
Hal ini cukup baik bagi negara berkembang seperti Indonesia. "Tren ke depan karena market masih cukup bullish, saya kira masih ada peluang untuk ada potensi penambahan jumlah investor," ungkap Hans, Minggu (19/11).
Dia juga mengapresiasi upaya BEI menggelar kampanye Yuk Nabung Saham yang dinilai cukup berhasil menambah jumlah investor ritel di pasar saham Indonesia. Terkait penurunan nilai rata-rata transaksi harian, Hans menduga saat ini investor institusi tidak terlalu banyak mengubah posisinya.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada, memiliki pendapat serupa. Investor ritel biasanya memiliki cara pandang investasi yang berbeda dengan investor institusi, karena lebih mengedepankan keuntungan. "Lagipula, saham yang diincar investor ritel biasanya saham yang murah tapi memberikan imbal hasil besar," kata dia.
Hal ini berbeda dengan investor institusi yang mengedepankan fundamental. Biasanya investor institusi tetap ada di posisi hold selama nilai saham itu masih premium.
Investor ritel juga lebih sensitif terhadap sentimen di pasar. Ia mencontohkan kasus RIMO dan META, investor ritel cepat merespons sehingga saham ini bergerak fluktuatif.
Reza melihat tahun ini pasar dihadapkan pada banyaknya sentimen yang cukup variatif. Kondisi ini mendorong pelaku pasar untuk bertransaksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News