Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto
Tahun ini KAEF menganggarkan belanja modal sekitar Rp 958 miliar. Sumber pendanaan tersebut berasal dari kas perusahaan, pinjaman bank Rp 1 triliun dan pinjaman medium term notes (MTN) senilai Rp 300 miliar. Sebelumnya, KAEF berencana untuk menerbitkan right issue Rp 1 triliun, tetapi ditunda sampai paruh pertama tahun depan.
Dengan rencana pengembangan dan ekspansi yang dilakukan KAEF tahun ini, Reza melihat semuanya akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pendapatan perseroan di masa-masa mendatang.
Renaldy Effendy, analis Bahana Securities dalam risetnya pada Rabu (27/7) lalu memprediksi sepanjang tahun 2016, KAEF mampu tumbuh double digit seperti yang sudah terjadi di semester pertama tahun ini.
Optimisme berasal dari permintaan domestik yang diprediksi akan tumbuh cukup signifikan seiring dengan kondisi ekonomi yang lebih baik dan pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).
"Kami masih memprediksi laba bersih per saham bisa tumbuh 11% di tahun ini," kata Renaldy.
Sementara rencana pembentukan induk usaha holding badan usaha milik negara (BUMN) farmasi yang masih terus bergulir, Reza melihat efeknya ke KAEF belum terlihat. "Belum jelas juga akhirnya seperti apa," tambahnya.
Yang jelas, ada dan tanpa holding menurut Reza, KAEF masih bisa mengembangkan potensi pangsa pasarnya di obat generik. Misalnya dengan mengakuisisi perusahaan farmasi lain, dan atau penambahan gerai apoteknya. Pengembangan atau ekspansi yang dilakukan perseroan juga tergantung pada dana yang dimiliki KAEF.