Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) bakal menggenjot penjualan lahan kawasan industri di tahun depan. Manajemen akan fokus mengembangkan kawasan industri Kendal, maklum penjualan kawasan ini cukup ciamik di tahun lalu.
Pada kuartal I-2017 pendapatan KIJA tumbuh 21,5% year on year (yoy) menjadi Rp 712,8 miliar. Tapi laba bersih turun 59,6% yoy menjadi Rp 54,6 miliar, hal ini karena pada kuartal I-2016 ada keuntungan selisih kurs Rp 116,7 miliar jauh lebih besar dari kuartal I-2017 yang hanya Rp 22,2 miliar. Jika selisih kurs itu dihilangkan sebetulnya laba KIJA tumbuh 180%.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Akhmad Nurcahyadi bilang pertumbuhan top line KIJA didorong oleh lonjakan segmen land development dan real estate yang bertumbuh 108% yoy menjadi Rp 194,57 miliar atau menyumbang 27,3% pada pendapatan KIJA. "Salah satunya kontribusi dari penjualan lahan industri Kendal sebesar Rp 95 miliar atau naik tajam dari sebelumnya Rp 11,7 miliar," ujar Akhmad dalam riset awal Mei.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan bilang secara sektor, kawasan industri prospeknya masih cukup positif, sebab permintaan akan kawasan industri cukup tinggi. Apalagi KIJA memiliki kawasan industri di Kendal, di mana kawasan industri ini pernah dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo sehingga publikasinya cukup kuat. "Kunjungan Presiden cukup mempengaruhi image pasar akan prospek kawasan Kendal sendiri," ujarnya kepada KONTAN.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji bilang untuk meningkatkan kinerja kawasan industri Kendal, tahun ini KIJA mengalokasikan dana Rp 400 miliar untuk memperluas cadangan lahan di Kawasan Industri Kendal (KIK). KIJA Membidik Kawasan Industri Kendal dapat meraih marketing sales senilai Rp 500 miliar.
Nafan optimistis angka tersebut bisa tercapai di tahun ini, mengingat saat ini, total investor yang masuk ke Kawasan Industri Kendal tersebut sudah mencapai 60 perusahaan. Angka tersebut melampaui target yang semula dicanangkan sebanyak 50 perusahaan pada tahun ini.
KIJA tahun ini mematok target marketing sales tumbuh 28,6% yoy menjadi Rp 2 triliun. Optimisme KIJA berdasarkan capaian marketing sales tahun lalu yang tumbuh 36,3% dari target yang ditetapkan Rp 1,1 triliun menjadi Rp 1,56.
Ditambah lagi, KIJA terus melakukan ekspansi bisnis dengan menyiapkan anggaran belanja modal (capex) senilai Rp 1,57 triliun. "Anggaran ini akan digunakan untuk mengembangkan bisnisnya baik di sektor kawasan industri, infrastruktur maupun residential," ujar Nafan kepada KONTAN, Selasa (20/6).
Akhmad juga menuturkan saat ini porsi recurring income atau pendapatan berulang masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan KIJA yaitu sekitar 69%. Pendapatan berulang KIJA terdiri dari bisnis infrastruktur seperti power plant, dry port, penyediaan air bersih serta pengolahan air limbah dan estate manajemen.
Untuk pendapatan recurring tumbuh tipis 5,2% yoy. Sementara untuk segmen leisure yaitu segmen golf, tourism, dan condominium juga masih mampu menunjukkan pertumbuhan meskipun tipis yaitu 3,1% yoy.
Selain itu, lanjut Akhmad, untuk bisnis dry port KIJA memiliki Cikarang Dry Port (CDP), dimana kinerjanya diperkirakan akan bagus tahun ini mengingat terjadinya kontinuitas permintaan akan logistik.
Rencana perluasan port Tanjung Priok yang diperkirakan memakan waktu tidak sebentar juga menjadi peluang bagi CDP. "CDP kami perkirakan ikut menjaga kinerja full year 2017 tetap tumbuh," katanya.
Meskipun demikian prospeknya bagus, Nafan tetap mengingatkan bahwa volatilitas kurs rupiah terhadap dollar AS dapat meningkatkan beban bagi perusahaan. Sebab, KIJA memiliki utang dollar. Pada laporan keuangan KIJA 2016, perseroan mengalami forex loss senilai Rp 110,595 miliar.
Dengan itu Nafan memproyeksikan pendapatan dan laba bersih KIJA akan meningkat pada akhir tahun ini. Untuk pendapatan KIJA berpotensi tumbuh 5% menjadi Rp 3,10 triliun dan laba bersih berpotensi tumbuh 9% menjadi Rp 476 miliar.
Akmhad dan Alfred merekomendasikan beli saham KIJA dengan target harga masing Rp 450 dan Rp 386, sedangkan Nafan juga merekomendasikan akumulasi beli dengan target harga Rp 360.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News