Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perusahaan pengelola kawasan industri, PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) membidik tambahan 20 tenant perusahaan baru di Kawasan Industri Kendal pada tahun ini. Saat ini, kawasan industri di Jawa Tengah itu memiliki 30 tenant perusahaan.
Hyanto Wihadhi, Direktur PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA) mengatakan, kebanyakan industri di Jawa Tengah merupakan industri padat karya. Diantaranya sektor tekstil, sparepart otomotif, dan industri seperti produksi sepeda. "Kira-kira itu industri yang mau masuk ke kami," ujar Hyanto di Jakarta, Kamis (13/4).
Penambahan tenant di Kendal, akan membutuhkan luasan lahan baru. KIJA membidik pengembangan tahap pertama dengan kebutuhan lahan seluas sekitar 1.000 hektare (ha). Sementara, manajemen membidik, tahun ini, bisa menambah luas lahan sekitar 50-100 ha untuk kebutuhan tenant tersebut.
"Kami juga kembangkan kawasan Tanjung Lesung, untuk pariwisata. Targetnya kami bangun resort di sana dengan kebutuhan lahan sekitar 1.500 hektar," tambahnya.
Berbagai pengembangan tersebut, membuat KIJA memperoleh recurring income atau pendapatan berulang. Kontribusi pendapatan berulang tersebut, katanya bisa menyumbang 40%-50% dari seluruh total pendapatan. Diperkirakan tahun ini, kontribusi dari recurring income tidak akan jauh berbeda. "Kami punya infrastruktur pengolahan air bersih, limbah, listrik, dan Cikarang Dry Port. Sepertinya tahun ini, juga akan sama (recurring income)," imbuhnya.
KIJA mematok belanja modal tahun ini sebesar Rp 600 miliar. Sumbernya berasal dari kas perusahaan. Nantinya, dana tersebut akan digunakan sebagai pengembangan kawasan industri, diantaranya penambahan land bank. "Saat ini belum ada sumber dari pinjaman," ujarnya.
Emiten ini membidik marketing sales alias pendapatan pra penjualan sebesar Rp 2 triliun. Target tersebut 28,21% lebih besar ketimbang realisasi marketing sales tahun lalu, yakni Rp 1,56 triliun. Sekitar Rp 1,4 triliun akan KIJA kejar dari proyek di Kawasan Industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat. Sementara target Rp 500 miliar sisanya akan mereka targetkan dari penjualan di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News